thirty-three

376 47 2
                                    

Typo bertebaran



Happy reading...



Setelah pengumuman libur seminggu yang lalu, Jian sudah berada di rumah sejak saat itu.

Dua hari menjelang idul Fitri,rumahnya terasa begitu ramai dengan kehadiran sang nenek serta keluarga lain yang sibuk membuat kue bersama Yuna.

"ABANG!" teriak Jian dari lantai dua, lalu segera berlari menuruni tangga.

"Adek, jangan lari-lari nanti jatoh," ujar sang nenek yang tengah membawa beberapa barang ke dapur.

Jian hanya tersenyum kecil, lalu berjalan mendekati wanita paruh baya tersebut dan bergelayut manja di lengannya.
"Nenek sama Mama mau bikin apa?" tanyanya penasaran.

Sang nenek berpikir sejenak sebelum menjawab, "Mau bikin kue nastar kesukaan kamu, kue kacang kesukaan Kakak, dan bolu karamel kesukaan Abang Langit."

Mata Jiandra berbinar mendengar itu. "Woah! Jadi tema kue tahun ini tuh kue kesukaan cucu-cucu nenek, gitu?"

Wanita paruh baya itu tertawa kecil dan mengangguk, membenarkan ucapan Jian.

Saat tiba di dapur, Jian tercengang melihat Langit sudah lebih dulu di sana, mencicipi berbagai kue yang sedang dibuat.

"Ih! Kok Abang udah makan duluan!" serunya kesal.

Langit hanya menjulurkan lidah mengejek.

"Kan di sini cuma Abang yang nggak puasa, jadi kita minta Abang buat nyicipin dulu, enak apa nggak," jawab Kinan—ibunya Kevan—sambil tertawa kecil melihat Jian yang sudah cemberut.

"Cucu Kakek kenapa manyun-manyun?" tanya sang kakek, yang baru saja tiba di dapur bersama Rendra.

"Huhu Kakek, masa Abang udah mam kuenya duluan? Jian belum," adunya.

Sang kakek menyentil dahinya pelan. "Ya beda lah, Abang kan nggak puasa. Masa kamu mau makan juga? Nanti puasanya batal," ucapnya, membuat Jian semakin merengut.

"Adek, bangunin Kakak aja di rumah. Udah mau sore, dari tadi tidur terus. Nanti kebablasan sampai buka," ucap Kinan.

"Oke!" jawab Jian semangat, lalu berlari keluar rumah menuju rumah sang kakak, yang memang hanya berjarak satu rumah darinya.

__________________________

Setelah beberapa langkah menaiki tangga menuju lantai dua—tempat kamar Kevan berada—Jian tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang pria memanggil dari bawah.

"Adek mau cari kakak?"

Jian menoleh dan mengangguk cepat. "Iya, Yah. Tadi Bunda minta Jian buat bangunin Kakak."

Bian tersenyum kecil, lalu merogoh saku celananya, mengeluarkan beberapa lembar uang merah. "Sekalian ajak kakak beli takjil, ya. Ini uangnya."

Jian menerima uang itu dengan mata sedikit membesar. "Nggak kebanyakan, Yah?" tanyanya ragu.

"Nggak, beli aja apa yang kalian suka. Sekalian buat yang lain juga. Nanti bawanya ke rumah kamu aja, Ayah juga bakal ke sana."

Haunted dormitory [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang