Sabrina tersedot ke dalam novel favoritnya dan menjadi Alora, adik perempuan sahabat protagonis laki-laki yang tidak di ketahui oleh kakak nya sendiri. Alora adalah introvert yang jarang berinteraksi dengan orang lain. Sabrina ingin mengamati dan me...
"S-sayang?" Jendra langsung membekap bibir nya yang berbicara spontan seperti itu, Lalu Memukulnya pelan.
Apa-Apaan ini? Apa semua ini? Kedua nya sama-sama terkejut dan tak bisa berfikir jernih
"Kak J-jendra?"
Jendra lagi-lagi terpaku dengan suara yang barusan ia dengar, sungguh? Ini sungguhan?
"A-apa? A-apa yang kamu lakuin di sini?" Alora mencoba bertanya dengan jantung yang masih berdetak kencang,
Jendra diam, Ia juga tidak tau apa yang terjadi, seingat nya ia masuk kedalam kamar yang ia pesan, itu saja.
"S-saya, chek-in kamar ini." Jendra berujar dengan wajah datar walaupun gugup, ia Tidak tau harus bagaimana sekarang.
Alora mengingat kembali, ia tidak salah kamar kok. Ini adalah kamar yang ia pesan tadi malam, mengapa pria itu ada di sini?
"K-kamu Engga salah, kak?" Jujur saja Alora takut dengan tatapan jendra yang berubah seperti itu dalam beberapa saat,
Jendra menggeleng "Tidak" Seingatnya memang kamar nomor 110, ya? Kalau tidak salah itu nomor kamar nya,
"Terus, Apa aku yang salah?" Gumam Alora, Ia menatap kearah sekeliling, Dan menemukan kopernya ada di sini, Ia beneran tidak salah kamar.
Selelah apapun kemarin, ia benar-benar ingat jika masuk kedalam kamar dengan nomor 101!
Lalu apa pria dihadapan nya ini hanya halusinasinya? Alora kembali menatap jendra yang tengah terdiam, Tapi dia beneran nyata.
"Apa? Mengapa menatap saya seperti itu?" Ujarnya
"Ah, Engga kak. Maaf Kalo Gak nyaman" Tiba-Tiba saja hati nya besedih, Mengingat betapa nekat nya ia memperlakukan jendra seperti itu dulu.
"Cepat pergi, saya ingin kembali istri--- Em, istirahat.." benar-benar sialan, pake typo segala. Membuat malu saja!
"I-iya kak, Maaf Udah Salah kamar" Alora buru-buru turun dari kasur dan membereskan bantal bekas ia tidur tadi,
"A-aku ke kamar mandi sebentar kak, Masih ada barang yang tertinggal" Tanpa menunggu jawaban jendra, Alora lebih dulu berlari menuju ke kamar mandi untuk mengambil beberapa pakaian dan bekas alat mandi nya tadi malam.
Setelah Alora masuk ke kamar mandi, jendra menghela nafas lalu membuka beberapa kancing kemeja nya, Tiba-Tiba perutnya berbunyi, Jendra memang belum memakan apa-apa dari kemarin siang, ia hanya sarapan pagi kemarin.
Jendra mengambil handphone di dekat pintu, entah mengapa handphone nya ada di sana.
Jendra langsung menelpon bawahan nya untuk mengantarkan sarapan ke kamar nya, "Ke Kamar hotel Bleswert Nomor kamar 110. Saya tunggu 15 menit."
Telpon itu mati, lalu jendra kembali menghela nafas nya. Dada nya benar-benar bergemuruh, Kekecewaan itu masih membekas di hati nya, Apalagi melihat wajah Alora yang seakan Tidak terjadi ada apa-apa di masa lalu mereka.
"Kak, Maaf Sekali lagi, Aku Pamit." Alora mengambil koper nya lalu menyeretnya menuju pintu,
Klek
Klek
Gagang pintu itu Alora tekan, namun pintu tidak terbuka sama sekali, Alora berbalik menatap jendra, "Kunci pintu nya mana, kak?"
Jendra bingung, Ia lupa dimana kunci kamar ini berada? "Sebentar, Orang saya sedang mengambilkan kunci nya." Bohong! Jendra hanya sedang mencoba Mengingat kembali, dimana kunci itu ia Taruh.
"Oh-- iya, kak" Manut nya, Alora berdiri diam di posisinya, Dengan perasaan tidak nyaman.
Setelah beberapa menit, Handphone jendra berbunyi, "Dimana? Saya sudah menunggu"
"Loh bos saya udah ngetuk kamar bos berkali-kali tapi engga ada yang bukain, emang bos dimana?"
Keningnya mengkerut, "Coba ketuk"
"Tok...Tok...Tok... Mana bos kagak ada yang jawab, Cepet ini keburu dingin bubur ayam mpok bule, saya gak tau biasanya orang kaya sarapan apa. saya cuma beliin bubur ayam, itu kesukaan saya soalnya-"
Tut
Suara ketukan pintu itu tidak terdengar di balik pintu kamar ini, Jadi ia ada di kamar nomor berapa? Atau jangan-jangan ia yang salah masuk kamar?
Jendra menatap Alora, "Nomor berapa, kamar?"
"Hah?" Beo Alora,
"Ck, Kamar kamu nomor berapa?" Alora kembali gugup, "101, Kak"
Jendra Mengangguk lalu memberi pesan kepada bawahan nya itu untuk menuju ke kamar yang disebutkan Alora,
Jendra terkejut namun langsung menetralkan mimik wajah nya, Namun dalam hati, mengumpat seperti biasa. "Saya bukan bapak kamu!"
"Maaf, Jendra"
"Saya Lebih tua dari kamu."
Alora bingung dengan pria itu, Apa mau nya sebenarnya?
"Maaf, Mas"
Uhuk
Blush, oke, jendra kalah. Telinga nya sudah memerah sekarang, entah mengapa jika sudah mendengar panggilan seperti itu, vibes nya seperti pasangan suami istri, eh.
"Loh, Kakak sakit ya?" Saat alora hendak maju mendekat, jendra lebih dulu menghentikan dengan tangan yang di angkat, "Jangan mendekat!"
Langsung Alora urungkan dan mengangguk kecil lalu kembali ke posisi awal.
Tok
Tok
Tok
"Pak bos, bubur ayam is coming, ceilah sok inggris luh"
Mereka berdua mengalihkan perhatian ke arah pintu, Sekarang semua terjawab. Jendra yang salah memasuki kamar, Memalukan sekali!
Di saat seperti ini, jendra ingat ia membuang kunci-kunci itu dari balkon dan melemparkan nya kebawah. Apalagi sekarang? Bagaimana mereka keluar?
Jendra kembali menelpon anak buah nya yang lain untuk mencarikan kunci di halaman depan hotel.
Mengapa tidak minta kepada resepsionis? Jendra tidak mau ada scandal tentang nya,
CEO Marderiko.corp bermalam dengan seorang wanita di kamar hotel, berikut keterangan saksi....
Jendra menggeleng Tidak-Tidak, Ia tidak mau itu terjadi.
•••••
Iya-iya pak CEO
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.