Ivan jera.
Tidak lagi dia untuk ikut bermain tantangan bersama adiknya.
Apalagi dengan adik pertamanya itu. Pengen banget Ivan bejek-bejek, tapi gimana ya. Raka udah jadi kesayangannya, sih.
Anak itu setelah mencoret wajahnya kemarin, dia malah memeluk leher Ivan. Sebagai rayuan agar tidak dimarahi. Ivan mau marah, tapi tidak bisa. Jadi dia ngadu ke Bastian, dan melakukan segala cara agar cemong di wajahnya hilang.
Untung masih bisa hilang. Kalau tidak, Ivan akan operasi plastik dan ganti wajah lain.
Tapi, kalau dia operasi plastik, Evan jadi gak punya kembaran, dong?
Sungguh, Ivan rasanya pengen nangis, pengen juga ketawa inget kejadian kemarin. Konyol banget, kalo divideoin terus di-posting di sosial media pasti bakal rame, wkwk.
Baiklah, lupakan kejadian itu. Sekarang kita beralih pada keluarga Alandra yang sedang sarapan bersama pagi ini.
"Nak, ini makan rotinya." Gisel menyodorkan roti yang sudah diberi selai strawberry pada piring Raka, karena anak keempatnya itu sedari tadi hanya minum susu tanpa makan sedikit pun.
Raka menggangguk. Dia mengambil roti pemberian Gisel dan berdiri dari tempat duduk.
"Raka, mau kemana? Kamu belom selesai makan. Habiskan dulu rotinya," sahut Gisel heran.
"Aku mau sekolah," jawab Raka, dan melangkah menuju pintu utama.
"Tunggu Abang!" Ivan buru-buru menyelesaikan sarapannya untuk menyusul sang adik. Begitupun dengan Evan. Kalau untuk Kay anak itu selalu bersama supir pribadinya.
"Kita berangkat," pamit Evan mewakili kedua adiknya pada Gisel dan Bastian.
Lantas, Ivan dan Evan menyamai langkah Raka, mengapit Raka yang berada di tengah-tengah dengan berjalan beriringan. Kentara sekali perbedaan tubuh mereka, dari depan maupun belakang Raka tampak lebih kecil.
Dengan jahil Evan mencolek tengkuk Raka dari samping Ivan, sengaja agar Ivan yang akan kena tuduh oleh sang adik. Namun, Raka hanya diam, membuat Evan kembali menjahili adiknya beberapa kali.
Raka yang kesal langsung menoleh pada Evan. Dia sudah tahu, kalau Kakak keduanya itu yang sedari tadi menganggunya. Oh ayolah, ini masih pagi. Belum sampai di sekolah saja, Raka sudah diganggu.
"Epan!" Raka melempar roti digenggamannya ke Evan dan langsung menempel di wajah sang Kakak.
Gisel yang melihat itu menutup mulutnya menahan tawa. "Pft.."
Sementara Kay sudah tertawa ngakak melihat tingkah Kakak dan Abangnya tersebut.
Evan memejamkan mata, kemudian mengambil roti yang menempel di wajahnya. Lihat, wajahnya penuh dengan selai strawberry dan remahan roti. Adiknya itu benar-benar kurang ajar.
"Shit.." umpat Evan lirih. Dia mengelap wajahnya dengan tisu, dan mengejar Ivan yang menggendong Raka dengan berlari.
"Ipan, cepat! Ada guguk!"
•••
"Lo hobinya apa?"
"Gangguin si kembar."
Memang benar, Raka sangat suka menganggu kakak kembarnya dan membuat mereka emosi tingkat dewa. Menurut Raka, kedua kakaknya itu sama. Jadi, kalau ada yang marah satu, yang satunya harus marah juga.
Untuk Ivan, Raka masih bisa bertoleransi, kok. Dari yang lainnya, hanya Ivan yang paling Raka sayangi. Udah soft spoken, penyayang, baik, suka kasih permen lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Alandra (The End)
Teen Fiction"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengulang masa laluku, sekarang aku tidak akan bersikap seperti dulu lagi. Aku tidak mau mati muda!