SHADY ROSE IV

12.6K 650 65
                                        

Selamat Membaca ♡

Jangan lupa ramein dengan komentar kalian.

Buat kalian yang rajin vote dan komen 🫰🏻

• • • • • • •

Rajendra kalang kabut saat beberapa jam lalu mendapatkan telepon dari Ibu Ningrum bahwa ada orang yang mengatasnamakan bawahannya untuk datang menjemput Arumi. Sebelumnya Ibu Ningrum mencoba menghubungi Arumi untuk menanyakan apakah putrinya itu sudah tiba di Jakarta, namun berkali-kali nomornya tidak aktif. Sehingga ia beralih menghubungi Rajendra. Yang mana hal itu langsung membuat Rajendra panik.

Kini Pria itu duduk tak tenang di dalam mobilnya, mengemudi seorang diri dengan hati yang resah, melaju dalam kecepatan tinggi menuju tempat Arumi berada yang berhasil dilacak oleh anak buahnya yang ditugaskannya. Tanpa mengikutsertakan polisi dalam hal ini, sebab bila ada campur tangan polisi, maka Rajendra tidak akan bebas membuat perhitungan pada mereka yang berani bermain-main dengannya melalui perempuan tercintanya. Ia akan memberi pelajaran kepada mereka menggunakan tangannya sendiri. Di belakangnya terdapat dua mobil hitam yang turut melakukan pencarian. Mobil yang dikendarai Ajudan bersama Asisten Pribadinya, dan satunya merupakan mobil yang berisikan beberapa anak buahnya yang lain.

Sesuai informasi yang didapatkan bahwa keberadaan Arumi kini berada di Jakarta, setelah tadi berhasil melacak data penumpang Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ahmad Yani beserta rekaman cctv yang didapatkan.

"Tolong tetap lindungi perempuan saya. Jangan sampai dia kenapa-kenapa," lirih Rajendra menghaturkan doa pada Sang Ilahi.

"Jika Arumi lecet seujung kuku saja ... " Genggaman tangannya di stir mobil mengerat, tatapannya menajam menyiratkan amarah yang tertahan. "Maka biarkan saya merenggut nyawa mereka malam ini juga."

"Saya rela berlumur darah dan dosa jika mereka berani menyakiti perempuan saya."

Rajendra menyalip tiap-tiap mobil di sekitarnya, tak peduli jika mereka mengumpatnya atas aksi liar berkendaranya. Menerobos lampu merah yang baru kali ini ia langgar. Malam ini, ia bukanlah seorang pejabat yang harus menjaga citranya, melainkan seorang pria yang nekad melakukan apa saja demi perempuannya.

• • • • • • •

Mata Arumi sedikit menyipit kala berusaha menyesuaikan cahaya yang menusuk netranya setelah penutup matanya dibuka. Mendapati dirinya duduk terikat di sebuah kursi usang di dalam ruangan minim pencahayaan yang tampak lembab, dingin, dengan suasana yang menyeramkan.

Pandangannya itu meneliti sekitarnya, melihat dua pria berbadan besar berpakaian serba hitam yang berjaga di kedua sisinya. Kedua Pria yang menculik dirinya hingga ia berada di sini.

Seketika Arumi merasa mual saat melihat senyuman di bibir pria-pria itu, serta tatapan mesumnya yang memindai tubuh Arumi.

Dirinya yakin jika dalang di balik ini semua bukanlah orang biasa, sebab orang itu terlalu berani membawa-bawa nama Rajendra demi melangsungkan rencana liciknya.

Jika orang itu bukan musuhnya, maka bisa dipastikan dia adalah musuh Rajendra, mengingat bahwa Rajendra merupakan politisi yang tentunya memiliki banyak musuh, entah itu dari partai lawan atau orang terdekatnya yang bisa menjadi musuh dalam selimut.

"Jangan lancang!" Arumi berseru tajam saat tangan salah satu Pria itu hendak menyentuh pahanya yang tertutupi kain jarik batik cokelat. Ia mungkin terlihat begitu tenang, namun sebenarnya di dalam hatinya menjerit cemas, merapalkan setiap doa agar dirinya tetap berada dalam penjagaan Tuhan, dan menyebut nama Rajendra untuk segera menolongnya.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang