32. HARQEEL

3.9K 170 1
                                        

Flashback – Tiga Tahun Lalu

Kelas 9 SMP, tahun terakhir mereka bertiga bersama sebelum lanjut ke SMA.

Di suatu sore, di lapangan basket sekolah yang mulai sepi, Flavio berdiri dengan tangan berkeringat, jantungnya berdebar kencang. Hari ini, dia sudah memutuskan. Dia akan mengatakannya.

Dia akan bilang ke William tentang perasaannya.

Dari jauh, Flavio bisa melihat William duduk di pinggir lapangan, masih mengenakan seragam olahraga, rambutnya sedikit berantakan setelah latihan basket. Mata cokelatnya menatap kosong ke langit sore yang mulai jingga.

Flavio menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum akhirnya berjalan mendekat.

"Will," panggilnya pelan.

William menoleh, lalu tersenyum lebar. "Oi, Vio. Duduk sini."

Flavio menurut, duduk di samping William. Udara sore berhembus pelan, menyejukkan, tapi Flavio justru merasa dadanya semakin sesak.

"Ada yang mau gue omongin," ujar Flavio, suaranya sedikit bergetar.

William mengangguk, ekspresinya masih santai. "Sama. Gue juga ada yang mau diceritain."

Flavio mengerjapkan mata. "Oh? Apa?"

William tertawa kecil, mengusap tengkuknya dengan sedikit canggung. "Gue mau cerita soal seseorang."

Hati Flavio langsung mencelos.

"Seseorang?" ulangnya, mencoba terdengar netral.

William mengangguk, wajahnya tiba-tiba jadi serius. "Gue suka sama seseorang. Udah lama banget, dari awal kita masuk SMP."

Flavio menahan senyum nya.

"Siapa?" tanyanya.

William menghembuskan napas, lalu tersenyum. "Aqeela."

Deg.

Flavio merasa seperti baru saja ditinju di ulu hatinya.

"Aqeela?" ulangnya, suaranya terdengar lebih pelan dari yang dia inginkan.

William tertawa kecil. "Iya. Dia tuh... beda dari cewek lain. Dulu, waktu kita baru masuk kelas 7, dia yang pertama ngajak kita ngobrol, ingat gak? Dia gak ragu-ragu, gak malu-malu. Bahkan waktu kita masih sama-sama kaku, dia udah bisa bikin kita nyaman."

Flavio diam, matanya menatap kosong ke depan.

"Dia ceria, dia selalu tahu cara bikin suasana jadi seru. Gue suka caranya ketawa, gue suka caranya ngobrol panjang lebar tentang hal-hal random yang mungkin orang lain gak peduli, tapi somehow jadi menarik kalau dia yang ngomong," lanjut William, suaranya penuh dengan kehangatan.

Flavio meremas tangannya sendiri di atas lututnya, mencoba meredam emosi yang mulai membuncah.

"Dan lo tahu gak?" William menoleh ke Flavio dengan mata penuh harapan. "Gue mau lo bantuin gue. Lo kan sahabatnya juga, lo bisa bantu gue deketin dia, kan?"

Flavio menelan ludah.

Bantuin?

Jadi mak comblang?

Flavio ingin tertawa. Rasanya ironis. Dia yang menyukai William, malah diminta untuk membantu William mendapatkan cewek lain—cewek yang bahkan tidak tahu kalau William menyukainya.

Aqeela memang clueless.

Selama ini, dia tidak pernah sadar bagaimana William memandangnya.

Dan sekarang, Flavio harus memilih.

HARQEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang