Flavio selalu ada.
Setiap kali Aqeela butuh sesuatu, dia ada di sana, seolah tahu kapan dia merasa gak aman atau gelisah. Dia gak berlebihan, gak terlalu protektif seperti Noel atau Harry, tapi cukup buat bikin Aqeela nyaman.
Hari ini pun sama. Sejak kejadian di lorong kemarin, Aqeela masih kepikiran. Dia belum cerita ke siapa-siapa soal Andro, tapi di dalam hatinya, dia mulai merasa kalau semua ini bukan kebetulan.
"Ada apa?" suara Flavio terdengar di sampingnya.
Aqeela menoleh. Dia gak sadar kalau sejak tadi bengong di meja kantin. "Gak ada apa-apa."
Flavio mengangkat alis. "Lo pikir gue bakal percaya?"
Aqeela mendesah. "Gue cuma... lagi kepikiran aja."
Flavio gak nanya lebih lanjut. Dia tahu Aqeela butuh waktu buat cerita sendiri. Jadi dia hanya duduk di sampingnya, membiarkan keheningan mengisi celah di antara mereka.
"Lo inget gak, dulu kita selalu makan bareng kayak gini?" kata Flavio tiba-tiba.
Aqeela tersenyum kecil. "Iya. Dulu gue pikir lo bakal jadi temen gue selamanya."
Flavio terkekeh. "Masih bisa, kan?"
Aqeela menatapnya. Ada sesuatu di mata Flavio yang bikin dia percaya. Seolah semua hal yang terjadi selama ini gak mengubah siapa mereka. Seolah Flavio masih Flavio yang dia kenal dulu.
Dia gak tahu kalau perasaan itu nantinya bakal berubah.
---
Sorenya, Aqeela duduk di taman belakang sekolah, sendirian. Noel gak lagi terlalu dekat, Harry sibuk dengan sesuatu, dan Flavio bilang dia ada urusan.
Angin sore berhembus pelan, bikin rambutnya sedikit berantakan. Dia menatap langit, mencoba mencari ketenangan di tengah pikirannya yang kacau.
Tiba-tiba, sebuah jaket dilempar ke pangkuannya.
Dia menoleh dan melihat Flavio berdiri di sana.
"Angin kenceng. Lo bakal masuk angin kalau diem di sini lama-lama," katanya santai.
Aqeela menghela napas tapi tetap memakai jaket itu. "Thanks ioo,"
Flavio menyeringai. "Gue kan temen lo."
Ada sesuatu di dalam hatinya yang hangat saat mendengar itu. Di saat semua orang seolah punya agenda masing-masing, Flavio tetap ada di sampingnya.
Dia gak tahu kalau semua ini adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang akan menghancurkan semua kepercayaannya.
-----
Aqeela merapatkan jaket yang dikasih Flavio. Dingin sore ini lebih menusuk dari biasanya, atau mungkin hanya perasaannya saja.
Flavio duduk di sebelahnya, sikapnya santai seperti biasa, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang bikin Aqeela sedikit gelisah.
"Lo sadar gak sih, Jolina jarang banget ada di sekitar Kita sekarang?" tanya Flavio tiba-tiba.
Aqeela mengerutkan kening. "Maksud lo?"
Flavio menyandarkan punggungnya ke bangku taman, matanya mengamati langit yang mulai meredup. "Dia selalu ada di sekitar kita, kan? Tapi sejak lo dapet teror, dia tiba-tiba ngejauh."
Aqeela menghela napas. "Itu gak berarti apa-apa, mungkin dia sibuk."
Flavio menoleh, menatapnya dalam. "Atau mungkin dia nyembunyiin sesuatu?"
Aqeela langsung menegakkan tubuhnya. "Vio, lo serius?"
Flavio mengangkat bahu. "Gue gak nuduh siapa-siapa. Gue cuma ngajak lo mikir. Lo gak merasa aneh?"
Aqeela terdiam. Dalam beberapa hari terakhir, dia memang jarang banget ketemu Jolina. Biasanya mereka setidaknya ngobrol sebentar di kantin atau di kelas, tapi sekarang Jolina hampir selalu menghilang.
"Tapi Jolina itu temen Kita," kata Aqeela pelan, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.
Flavio tersenyum tipis. "Iya, makanya lo harus lebih hati-hati."
Aqeela menggigit bibirnya. Sebagian dari dirinya ingin percaya kalau ini cuma kebetulan, tapi sisi lainnya gak bisa menepis kecurigaan yang mulai tumbuh.
Flavio menepuk pundaknya pelan sebelum berdiri. "Gue cuma bilang, jangan gampang percaya sama siapa pun."
Lalu dia pergi, meninggalkan Aqeela dengan pikirannya yang semakin kacau.
******
60 vote
nih ya, hayolooo

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...