thirty one

419 56 18
                                    

Typo bertebaran



Happy reading...




Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat teman-teman mereka sudah kembali ke asrama, dan kedua orang tua mereka pamit untuk pergi sebentar.

Ruangan itu terasa sunyi. Jiandra hanya diam, membiarkan pikirannya melayang entah ke mana. Langit, yang duduk tak jauh darinya, menatap dengan ragu sebelum akhirnya membuka suara, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.

"Adek... maafin Abang ya?"

Jiandra menoleh sekilas sebelum membaringkan tubuhnya ke kasur. "Aku capek, mau tidur dulu boleh, kan?" suaranya datar, seolah tak ingin memperpanjang pembicaraan.

Langit menghela napas pelan. "Kamu beneran gak bisa maafin Abang?"

Jiandra terdiam sesaat sebelum menjawab ringan, "Bisa, aku udah maafin Abang. Tapi untuk sekarang, jangan ajak aku bicara dulu ya."

Langit mendesah. "Mana ada orang udah maafin, tapi gak mau diajak bicara. Sama aja belum maafin, kan?" wajahnya sedikit cemberut, membuat Jiandra terkekeh kecil.

"Ada, aku contohnya," jawabnya, setengah bercanda.

Langit menggeleng, tapi sudut bibirnya ikut tertarik tipis. Setelah beberapa saat, ia menatap Jiandra dengan lebih serius.

"Tapi kamu percaya kan, kalau Abang sama Mama sayang sama kamu, bukan sebagai Sky?"

Jiandra tidak langsung menjawab. Ia menimbang kata-kata itu, membiarkan pikirannya kembali pada percakapannya dengan Kevan beberapa jam lalu

"Dengerin Kakak ya,Abang sama Mama itu tulus sayang sama kamu. Bukan sebagai Sky, tapi sebagai Jiandra Atmaja."

"Kenapa Kakak seyakin itu?"

"Karena Kakak bisa lihat ketulusan mereka selama ini. Kalau mereka menganggap kamu sebagai Sky, pasti pernah dong terbesit salah nama waktu manggil kamu? Secara logika, kalau seseorang melihat orang lain sebagai pengganti, pasti bakal ada saat di mana mereka keceplosan. Tapi nyatanya, Mama sama Abang gak pernah kan?"

"Kurang yakin aku dengan opini mu," gumamnya pelan.

Kevan berdecak. "Yakin-yakin aja, apa susahnya? Mau Kakak gigit lagi, sekalian sampai bolong tuh pipi?"

"Dih, kanibal! Aku aduin ke Mama—eh, Papa nanti!" Jiandra buru-buru menghindar, membuat Kevan terkekeh puas.

Setelah hening sejenak, Jiandra akhirnya berkata, "Aku percaya... 'karena Kakak yang bilang begitu' Tapi aku juga butuh waktu."

Langit tersenyum lega. "Makasih ya, Dek."

Jiandra mengangguk pelan sebelum kembali berkata, "Tapi Abang… aku boleh gak pergi ke makam Sky? Aku juga mau denger cerita tentang dia."

Langit sedikit terkejut, tapi ia segera mengangguk. "Kamu yakin?"

"Yakin," jawab Jiandra mantap.

"Yaudah, nanti kalau kamu udah boleh pulang, Abang bakal ajak kamu ke tempat Sky."

Jiandra kembali mengangguk sebelum menutup matanya lagi. Namun, sebelum ia benar-benar tertidur, Langit kembali bertanya, membuatnya membuka mata dengan sedikit kesal.

Haunted dormitory [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang