asrama, akhirnya mereka sampai di sekolah yang jadi titik kumpul untuk anak-anak asrama sebelum dijemput masing-masing.
Sekolah ini bukan sekolah biasa. Ini salah satu sekolah elite di kota, tempat anak-anak dari berbagai latar belakang berkumpul. Beberapa karena orang tua mereka terlalu sibuk untuk ngurusin, beberapa karena mereka terlalu bandel di rumah, dan sebagian lagi karena mereka punya masalah keluarga yang bikin mereka lebih baik tinggal di asrama daripada di rumah.
Bukan berarti mereka anak-anak bermasalah. Cuma… kebanyakan dari mereka punya cerita masing-masing.
Termasuk Aqeela.
Termasuk Noel.
Termasuk Flavio.
Dan termasuk Harry.
Mereka semua punya alasan kenapa ada di sini.
Sekolah ini punya sistem asrama yang ketat, tapi juga punya aturan yang cukup fleksibel buat mereka yang udah dianggap cukup mandiri. Makanya, beberapa anak bisa pulang sendiri, sementara yang lain harus dijemput langsung sama keluarga atau wali mereka.
Setelah beberapa lama, hampir semua anak udah pergi.
Tinggal beberapa yang masih nunggu jemputan.
------
Malam itu, Aqeela duduk di balkon kamarnya, menatap langit kota yang terang oleh lampu-lampu jalanan.
Udara di sini berbeda dengan di asrama.
Di sana, angin terasa lebih sejuk, lebih bersih. Di sini, semuanya terasa lebih ramai tapi juga lebih… sepi.
Dia memeluk lututnya, kepalanya bersandar di tembok.
Dia mengira setelah pulang ke rumah, semuanya bakal terasa lebih baik. Tapi ternyata enggak.
Rumah ini terlalu sunyi.
Dia mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan, lalu menghapusnya lagi.
Seharusnya dia nggak perlu ngerasa begini, kan?
Tapi kenapa rasanya ada yang hilang?
---
Di tempat lain, Noel merasakan hal yang sama.
Dia duduk di kamarnya yang besar, tapi kosong.
Tangannya memegang ponsel, tapi nggak ada satu pun orang yang bisa dia ajak ngobrol.
Dia bisa aja chat orang lain, tapi dia nggak mau.
Dia cuma mau satu orang.
Aqeela.
Tapi dia juga nggak mau keliatan lemah.
Dia bukan orang yang gampang nunjukin perasaan.
Jadi, dia memilih buat diem.
Dia memilih buat pura-pura nggak peduli.
Padahal, dari dulu mereka berdua sama-sama tahu—mereka butuh satu sama lain.
Mereka masuk asrama bukan karena terpaksa.
Mereka masuk karena itu pilihan mereka sendiri.
Asrama adalah satu-satunya tempat di mana mereka merasa ada yang ngerti mereka.
Tapi sekarang, semuanya berubah.
Dan Noel nggak yakin dia suka perubahan ini.
Dia menggigit bibirnya, lalu akhirnya mengetik pesan.
> Lo udah tidur?
Tapi dia nggak langsung kirim.
Tangannya ragu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...