[18] Villa dan Tenda

604 135 86
                                    



Teriakan Haldan dari atas deck yacht membuat bahu Zeze merosot. Ternyata bukan hanya sapi bertanduk saja yang sering menghantui, tapi kakak, suami serta printilannya juga. Minus Bang Melky karena dia sedang berlibur dengan keluarga kecilnya sendiri. Harusnya tadi ia ngeuh waktu pagi-pagi buta Gavin sudah keluar dari apartemen membawa tas ransel hitamnya.

Teman-temannya pun menunjukkan berbagai ekspresi. Rico dan Didi senang bukan main-selama gratis-mereka tancap gas apapun itu. Kelly memastikan keadaan Zeze karena melihat reaksinya sedari tadi yang berubah lebih defensif. Sementara Fiyu menghindar dan berusaha bersembunyi. Entahlah, dari reaksinya sepertinya Fiyu tampak ketakutan.

Memang dasarnya anak cowok sangat mudah berteman, Didi dan Rico sudah begitu akrab dengan Haldan yang kini saling memotret di geladak paling depan, berpose ala film Titanic. Rico bahkan sudah sibuk membuat footage untuk vlognya. Zeze, Kelly dan Fiyu menikmati cocktail, coklat, dan buah yang tersedia di deck tengah diiringi musik jazz. Sementara di sisi lain dihuni Aby dan Gavin yang bersandar pada kursi pantai dengan kemeja yang memamerkan kaus mereka, celana pendek, serta kacamata hitam yang bertengger di sana.

"Mr. Chu sama kakak lo nyender gitu doang udah kayak model majalah traveling," celetuk Kelly.

Zeze tertawa mencibir. Baguslah kalau ada yang memuji mereka. Karena jujur saja, ia gumoh.

"Lo kenapa Fi? Mabuk laut?" tanya Zeze pada Fiyu yang sedari tadi diam dan tampak pucat.

Gadis itu semakin merapatkan scarfnya untuk menutupi hidung dan mulut sambil menggeleng pelan.

"Beneran nggak apa-apa?" Zeze memastikan. Ia juga memegang kening Fiyu untuk memastikan suhu tubuhnya yang normal.

"Gue nggak apa-apa," ucapnya meyakinkan.

"Kebayang nggak lo, kalau seandainya ada Amanda di sini. Dan dia tahu kalau kita liburan bareng Mr. Chu?" Kelly menatap Zeze dan Fiyu bergantian.

Zeze mengernyit. Ia sering kali melihat kode-kodean Didi, Rico dan Kelly ketika Amanda berada di dekat Gavin. Tapi ia tidak pernah peduli.

"Memangnya kenapa?"

"Lo udah kerja di GEA berapa lama sih, Ze? Sedivisi masa nggak tahu?" keluh Kelly.

"Ooohh... gue ngerti," Fiyu meneleng. Gadis berambut sebahu itu langsung menoel lengan Zeze. "Setiap kita ngonten, dan di situ ada Mr. Chu, Amanda selalu nempelin mulu di lokasi."

"Nah!" Kelly menjentikkan jarinya. "Fiyu aja paham."

"Masa sih?" Zeze mengernyit tipis. Ia tahu Pak Gavin banyak penggemarnya. Tapi ia tidak tahu kalau sampai ada yang berani bergerak agresif.

"Yaa, lo lihat aja nanti," ucap Fiyu.

Zeze memutar pandangnya pada Gavin, dan di saat yang sama, pria itu juga menatapnya. Ia lantas buru-buru kembali mengajak Kelly mengobrol.

"Masih jauh nggak ya?"

"Foto-foto dulu nggak, sih? Sayang banget udah di privat boat gini." Kelly lantas berdiri menyeret mereka. Dan Fiyu kembali menempeli punggung Zeze.

"Guys, fotoin kita dong."

"Sini-sini!"

Perjalanan dari Jakarta menuju pulau hanya membutuhkan empat puluh lima menit. Setibanya di dermaga, mereka di sambut oleh petugas setempat. Satu per satu dari mereka turun dari yacht dengan hati-hati. Mas Aby menunggunya untuk membantu menjulurkan tangan. Tapi saat Zeze meraihnya, Mas Aby tiba-tiba menarik kembali tangannya hingga Zeze hampir terjungkal. Untungnya Gavin sigap di belakang dengan menahan perutnya.

THE NIGHT BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang