Perjalanan pulang dari asrama lebih sepi dari yang Aqeela kira.
Bus yang mereka tumpangi penuh sama anak-anak asrama yang kelihatan capek setelah kejadian tadi malam. Beberapa tidur, beberapa sibuk dengan ponsel mereka.
Aqeela duduk di dekat jendela, sementara Harry ada di sebelahnya. Noel? Dia duduk di bangku belakang mereka, tapi jelas banget kalau dia lebih banyak ngeliatin Aqeela daripada ngurusin dirinya sendiri.
Dan Stephie, masih duduk beberapa baris di belakang Noel, sesekali nyari kesempatan buat deketin dia.
Aqeela pura-pura nggak sadar.
“Lo nggak tidur?” tanya Harry tiba-tiba.
Aqeela menoleh. “Nggak ngantuk.”
Harry diam sebentar sebelum menggeser tasnya ke pangkuan.
“Pake ini.” Dia nyodorin jaketnya ke Aqeela.
Aqeela mengerjap. “Hah?”
Harry menghela napas. “Lo kedinginan.”
Aqeela baru sadar kalau udara di dalam bus emang lumayan dingin. Dia nggak bawa jaket, dan AC di bus ini kejam banget.
Dia ragu sebentar sebelum akhirnya nerima jaket itu dan menyampirkannya di bahu.
“… Thanks, Har.”
Harry cuma ngangguk kecil.
Dari belakang, Noel memperhatikan mereka dengan tatapan nggak suka.
---
Setengah perjalanan berlalu dengan tenang.
Setidaknya sampai bus berhenti di rest area.
“Noel, lo turun nggak?” tanya salah satu temannya dari belakang.
Noel melirik ke arah Aqeela yang masih duduk di tempatnya.
Dia nggak mood turun kalau Aqeela nggak ikut.
“Lo nggak turun?” Noel akhirnya nanya langsung ke Aqeela.
Aqeela menggeleng. “Nggak laper.”
Noel menghela napas. “Gue beliin minum, ya?”
Aqeela mengangkat bahu. “Boleh.”
Noel langsung turun dari bus bareng beberapa temannya. Sementara itu, Harry masih duduk di tempatnya, sibuk ngetik sesuatu di ponselnya.
Aqeela melirik.
“Lo kerja mulu,” gumamnya.
Harry mengangkat alis. “Bukan kerja.”
“Terus?”
Harry terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Nyari sesuatu.”
Jawaban yang nggak jelas.
Aqeela menyipitkan mata, tapi sebelum dia bisa nanya lebih lanjut, Stephie tiba-tiba muncul di sebelah mereka.
“Aqeela,” katanya dengan senyum palsu. “Kamu nggak turun?”
“Nggak.”
“Ya ampun, padahal udara di luar segar banget.”
Aqeela mendelik. “Kalo lo mau turun, turun aja.”
Stephie cemberut, tapi kemudian dia tersenyum lagi. “Eh, Kamu tau nggak? Noel tuh baik banget, ya. Dia barusan nawarin buat beliin Aku minum juga.”
Aqeela langsung membeku sebentar sebelum dia menghela napas panjang.
“Oh,” jawabnya datar.
Stephie tersenyum lebar. “Kayaknya dia mulai nyaman sama Aku.”

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...