twenty-nine

427 62 8
                                    

Typo bertebaran



Happy reading....


"Gimana?" tanya Juna dengan jelas, nada suaranya mengandung kekhawatiran yang sulit disembunyikan.

Kevan menghela napas panjang, tangannya meraba dahi Jian yang masih terasa panas. "Masih panas, Jun. Malahan lebih tinggi dari semalam."

"Kok bisa separah ini sih, Van?" Yuan yang baru saja datang dari dapur membawa segelas teh manis, meletakkannya di depan Kevan. Dari raut wajahnya, terlihat jelas kalau ia juga ikut cemas.

Kevan menggeleng lemah, menerima gelas itu dengan kedua tangannya. "Gue juga gak tahu. Semalam gue udah coba kompres, tapi panasnya nggak turun-turun."

Naufal masuk ke ruang makan, menatap Kevan dan yang lainnya dengan ekspresi serius. "Van, makan dulu. Sebentar lagi imsak. Kalian juga," ucapnya mengingatkan.

"Tapi Jia-" Kevan ragu untuk meninggalkan posisi duduknya.

"Biar gue aja jagain Jian. Lo makan dulu," potong Langit cepat. "Lo butuh tenaga juga, Van. Kalau lo sampai tumbang, kita malah tambah repot."

Kevan akhirnya mengangguk, bangkit perlahan dan berjalan menuju meja makan bersama yang lain.

---

Di meja makan, Arkan menatap Kevan yang sejak tadi hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa benar-benar menyentuhnya.

"Van, makan yang bener," tegurnya pelan. "Gue tau lo khawatir sama Jian, tapi lo juga harus jaga diri lo sendiri."

Kevan diam sejenak sebelum akhirnya mendesah pelan. "Gimana gue gak khawatir? Jia bahkan belum sadar dari semalam."

Juna ikut menimpali. "Iya, kita semua juga khawatir. Tapi kalau lo sampai sakit karena kurang makan, Jian bakal ngerasa bersalah."

Kevan hanya menunduk, mencerna kata-kata mereka.

Zidan yang dari tadi diam akhirnya buka suara. "Tapi Van... Emang Jian udah biasa ya kalau pingsan lama kayak gini?"

Kevan menggeleng, ekspresi wajahnya semakin cemas. "Biasanya nggak. Tapi kalau dia lagi nggak fit banget, pingsannya bisa lama."

Arkan menatap mereka semua dengan serius. "Kita bawa dia ke rumah sakit setelah sahur. Gue rasa gak baik biarin dia tetap di sini tanpa perawatan yang lebih serius."

Kevan mengangkat kepala, menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Oke... Setelah sahur, kita langsung berangkat."

___________________________

Di rumah sakit, Kevan dan Yuan segera turun, mencari bantuan. Seorang perawat segera datang dengan brankar, dan Jian langsung dibawa masuk ke ruang gawat darurat.

"Siapa yang bisa mengurus administrasi pasien?" tanya perawat tersebut.

Kevan langsung maju. "Saya, Mbak."

Perawat itu mengangguk. "Silakan ikut saya, sementara teman-temannya bisa menunggu di luar."

Kevan melirik Jian yang mulai dikerumuni dokter dan perawat di dalam ruangan, sebelum akhirnya mengikuti perawat ke bagian administrasi.

Haunted dormitory [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang