[16] Hanif dan Aby

520 102 33
                                    



Setelah drama dorong-dorongan dengan Haldan agar mau membawa mobilnya, Aby akhirnya berhasil duduk di kursi kemudi mobil Hanif. Sudah lama rasanya ia tidak mengantar wanita itu pulang. Rumah Hanif memang lumayan jauh, Jakarta Timur, berbatasan dengan Bekasi. Sementara orang tuanya tinggal di Tangerang karena dinas di sana. Dan selama mereka pacaran, tidak pernah sekalipun Aby mengeluh dalam mengantar jemputnya. Entah itu ke Tangerang atau Jakarta Timur.

Ya, perlakuan itu ada sejak mereka masih duduk di bangku kuliah. Dikarenakan kegiatan organisasi yang selalu memakan waktu hingga larut malam, hampir setiap hari Aby melakukannya.

Hanifara Sita adalah teman perempuan pertama yang berhasil menarik perhatian Aby sejak berada di organisasi mahasiswa (BEM). Ia mulai jatuh cinta sejak melihat gadis itu menyelipkan rambut panjangnya ke telinganya. Hal sepele yang langsung membuatnya rela bersaing dengan banyak laki-laki untuk mendekatinya.

Sejak itulah mereka menjadi dekat. Saling mengenal satu sama lain. Bersahabat. Hingga pada tahun terakhir perkuliahannya, Aby mencoba mengutarakan perasaannya kepada Hanif. Sayangnya pada saat itu Hanif menolaknya dengan alasan ingin lebih fokus pada kuliahnya.

Namun tepat pada saat Aby wisuda, Hanif akhirnya mengakui bahwa wanita itu juga takut berada jauh darinya. Dari situlah Aby meyakinkannya bahwa ia rela meluangkan waktunya untuk Hanif. Kapanpun wanita itu membutuhkannya.

Dan itu berlaku sampai sekarang. Harusnya. Jika saja Aby tidak dihadapkan pada masalah keluarga.

Sejak ia fokus mencari solusi pengobatan hingga mencarikan jodoh untuk Zeze, hidupnya benar-benar berantakan. Pola tidur, pola makan, manajemen waktu, kehidupan yang awalnya tertata rapi menjadi amburadul saking banyaknya yang ia pikirkan.

Ia menyayangi adiknya tentu saja. Tapi apa yang ia rencanakan ternyata tak semulus bayangannya. Seperti adiknya yang tiba-tiba rewel misalnya. Ia mengerti, secara mental Zeze belum siap. Adiknya belum mampu keluar dari dunia yang Aby bentuk untuknya. Dan ketika Aby memaksa Zeze untuk keluar dari sangkarnya, Zeze ketakutan.

Tapi tidak ada jalan lain selain memaksa Zeze untuk melakukannya. Proses penerimaan itu pasti akan dilalui Zeze. Dan ia bisa menebak sedefensif apa sikap adiknya selama itu berlangsung. Tapi ia percaya sepenuhnya kepada Gavin. Hanya Gavin yang mampu!

Dan di saat Aby sedang berjuang menghadapi keadaan luar biasa itu, ia sempat berada di titik jenuh. Jenuh karena ia tidak tahu harus mengeluarkan semua penatnya ke mana. Ia benar-benar jenuh pada semua masalah yang ada hingga akhirnya merembet ke semua aspek di kehidupan Aby. Termasuk Hanif.

Ia menjadi abai, selalu berusaha pergi dari rumah, meninggalkan Hanif yang kala itu sedang menjaga Zeze sendirian. Ia pun seringkali menghindar jika wanita itu menghubunginya. Mereka jadi jarang bersama. Jarang meluangkan waktu satu sama lain, bahkan hanya sekedar berkomunikasi.

Dan… ia menjadi brengsek karena hal itu.

“Kamu mau makan nggak?” tanya Aby.

Hanif menggeleng. “Tadi kan udah di rumah Pakde Gara," ucapnya mengingatkan.

Benar. Tapi biasanya, pertanyaan ini akan berbalik kepadanya. Entah Hanif akan menawarkan mie instan, atau apapun itu.

“Han…,” Aby melirik Hanif yang masih duduk diam sembari menatap luar jendela. “Aku minta maaf.”

Tatapan Hanif beralih pada jalan tol di depan sana, alih-alih menoleh padanya. “Aku memaafkan. Tapi kalau permintaan maaf kamu supaya kita bisa balikan…” Hanif menggeleng. “Aku nggak bisa.”

“Belum bisa,” ralat Aby.

Kepercayaan diri Aby membuat Hanif seketika menoleh.

“Aku nggak masalah kamu belum bisa menerima aku lagi. Tapi hari ini aku harus katakan, aku benar-benar menyesal udah mengabaikan kamu. Kamu pasti sudah ada gambaran bagaimana pembelaanku. Aku nggak ngelak. Situasi yang membuat aku berantakan pada akhirnya membuat kamu merasa sendirian."

THE NIGHT BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang