Aqeela nggak pernah jadi cewek yang suka diem di kamar kalau pikirannya lagi penuh. Apalagi setelah semua kejadian belakangan ini, otaknya nggak bisa istirahat. Setiap sudut asrama kayak punya tanda tanya besar.
Makanya, dia nekat keluar kamar malam-malam.
Aturannya jelas—anak-anak asrama harus tetap di kamar masing-masing setelah jam tertentu. Tapi dari awal masuk sini, Aqeela nggak pernah jadi anak yang suka patuh aturan.
Dan ternyata, dia bukan satu-satunya.
Pas nyelinap keluar ke balkon lantai dua—tempat favoritnya buat mikir—dia malah ngeliat sosok yang nggak disangka-sangka.
Harry.
Cowok itu berdiri dengan satu tangan di saku hoodie-nya, mata tajamnya menatap ke bawah, ke halaman asrama yang kosong.
Aqeela nggak bisa bohong, sedikit kaget. Harry bukan tipe yang bakal melanggar aturan buat hal sepele. Kalau dia ada di sini, pasti ada alasan.
Tanpa pikir panjang, Aqeela jalan mendekat. “Tumben lo di sini.”
Harry cuma melirik sebentar sebelum kembali menatap ke bawah.
Aqeela ikut bersandar di pagar balkon. “Jangan bilang lo juga kabur dari kamar?”
Harry masih diam. Aqeela mendengus pelan. “Lo nggak takut ketahuan?”
Harry akhirnya buka suara. “Harusnya gue yang nanya gitu.”
Aqeela ketawa kecil. “Gue sering kabur. Udah biasa.”
Harry mendesah pelan, tapi entah kenapa, bukannya nyuruh Aqeela balik, dia malah tetap diam di tempatnya.
Aqeela memperhatikannya sebentar. “Lo kenapa?”
Harry nggak langsung jawab, tapi setelah beberapa detik, dia akhirnya ngomong, “Ada yang aneh.”
Aqeela mengernyit. “Maksud lo?”
“Lo nggak ngerasa ada yang janggal sama semua kejadian belakangan ini?”
Aqeela menatapnya lebih serius. “Gue ngerasa. Tapi lo nyadar sesuatu yang lebih dari itu, ya?”
Harry menoleh, tatapannya dalam. “Anak-anak asrama dipulangin besok. Tapi kita nggak dapet penjelasan yang jelas kenapa.”
Aqeela ikut mikir. Bener juga. Selama ini, mereka cuma dikasih alasan klasik: ‘demi keamanan.’ Tapi keamanan dari apa?
Harry melanjutkan, “Dan lo sadar nggak, ada beberapa orang yang kayaknya lebih tau sesuatu, tapi diem aja?”
Aqeela langsung kepikiran Flavio dan Jolina. Mereka terlalu tenang. Terlalu… biasa. Padahal keadaan lagi jauh dari normal.
“Lo curiga ke siapa?” Aqeela bertanya pelan.
Harry mengalihkan pandangannya. “Gue nggak nuduh siapa-siapa. Tapi ada yang nggak beres.”
Aqeela menggigit bibirnya. Harry jarang banget ngomong panjang lebar gini. Kalau dia sampai buka suara, berarti dia benar-benar mikirin ini.
“Lo ada rencana?”
Harry diam sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Gue bakal tetap perhatiin.”
Aqeela menatapnya lama. “Lo tau kan itu berbahaya?”
Harry nggak langsung jawab. Tatapannya dingin, tapi Aqeela bisa lihat ada sesuatu di baliknya.
“…Makanya gue di sini,” gumam Harry akhirnya.
Aqeela mengerutkan kening. “Hah?”
Harry nggak langsung menjelaskan. Tapi dia menatap Aqeela lama, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. Lalu akhirnya dia ngomong, “Gue jaga lo.”

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...