── .✦ Enam

17.2K 793 6
                                        

Mereka berempat kemana sih?! gerutu Lyora dalam hati, belum lagi mendapati Draeven yang sibuk menatap kearahnya dengan posisi duduk disudut tenda.

"Aku tahu kau cuma pura-pura tidur, sayang." Draeven menyeringai kecil. "Mau aku bantu biar tidur beneran, hm?"

Lyora membuka matanya, menatap Draeven dengan sorot tajam. "Cukup diam dan jangan ganggu gue," tukasnya ketus.

Namun, bukannya menurut, Draeven justru bergerak mendekat. Suara gesekan kain terdengar saat ia menggeser posisi, dan sebelum Lyora sempat menghindar, napas hangatnya sudah terasa di tengkuknya.

“Kau tahu, sayang,” bisiknya. “Aku bisa membantumu tidur nyenyak dengan cara yang lebih menyenangkan.”

Lyora mendesah, mencoba mengendalikan amarahnya. Ia berbalik dengan cepat, menatap Draeven tajam. “Kalau lo nggak keluar juga. Gue akan teriak.”

Alih-alih menurut, Draeven justru menyeringai semakin lebar, kedua tangannya bertumpu pada tanah di samping Lyora, membuatnya terperangkap di antara tenda dan tubuh kekarnya.

"Silakan, aku ingin tahu apakah orang diluar sana akan percaya jika seorang pria masuk kedalam tenda gadis secara tiba-tiba, atau justru kau akan dianggap gila?"

"Gue memang cewek gila! Kalau lo tau itu, nggak seharusnya lo deket-deket gue."

“Tapi aku lebih suka menemanimu,” ucapnya, nada suaranya dalam. “Bukankah lebih hangat kalau kita berbagi tempat tidur?”

Lyora merasakan wajahnya memanas, tapi ia tetap berusaha memasang ekspresi datar. “Kalau lo nggak segera menjauh, gue bersumpah akan meninju wajah tampan lo itu.”

Draeven tertawa pelan, jelas menikmati reaksi Lyora. “Kau memang gadis yang galak, tapi aku suka.”

Lyora menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kesabaran. Ia kemudian mendorong dada Draeven dengan kedua tangannya, cukup kuat untuk menciptakan jarak.

“Menjauh.”

Draeven terkekeh, tapi akhirnya menurut. "Padahal aku sengaja agar kau bisa menyentuhku leluasa, tapi kau malah menjaga jarak."

"Gue nggak minta!"

“Baiklah, baiklah. Aku akan bersikap manis untuk malam ini.”

Lyora menatapnya curiga, tapi memilih untuk tidak menanggapi. Ia menarik selimutnya, memejamkan mata, dan mencoba mengabaikan tatapan intens Draeven yang masih enggan lepas darinya.

"Bukankah seharusnya ada sesi ciuman selamat malam, sayang?"

"Setan! Lo bisa diem nggak sih?!"

Draeven tertawa renyah, jelas menikmati bagaimana Lyora mulai kehilangan kesabaran. Ia menyilangkan tangan di dada, masih bersandar santai di sudut tenda.

“Aku bisa diam, tapi dengan satu syarat,” ucapnya sambil menatap Lyora penuh arti.

“Gue nggak tertarik dengan syarat lo.”

“Tapi ini syarat yang mudah.” Draeven mengangkat sebelah alisnya, bibirnya menyunggingkan senyum jahil. “Aku hanya ingin kau mengatakan sesuatu yang manis padaku sebelum tidur.”

Lyora menatapnya seolah ia baru saja mendengar hal paling absurd di dunia. “Lo gila, ya?”

“Mungkin.” Draeven mengedikkan bahu. “Tapi tetap saja, aku ingin mendengar sesuatu yang manis darimu. Kau tahu, sebagai pria yang setia menemani malam-malam kesepianmu.”

“Kesepian pala lo!” gerutu Lyora. Ia menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut, berusaha mengabaikan Draeven.

Namun, seperti biasa, monster itu tidak tahu kapan harus berhenti.

That Naughty Monster is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang