Bab 10

45.5K 4.1K 92
                                        

Matanya bergulir ke sana kemari untuk mencari jawaban yang pas. "Ada, kok," jawabnya kemudian.

Sekali lagi, Galaksi memicingkan matanya. "Mana?"

"Di rumah! Nanti dibalikin, kamu tenang aja."

Galaksi mendengus malas. "Awas gak dibalikin, ya. Itu skateboard kesayangan gue."

"Hum," balas Raka sekenanya. Nanti beneran dibalikin, kok. Kalo inget.

By the way, di mana dia nguburnya, ya? Oh, Raka lupa.

Nanti minta tolong Kay saja untuk mencarinya.

Galaksi melirik arloji di pergelangan tangannya. Kemudian menatap Raka yang masih berdiri dengan ekspresi seolah berpikir. Entah apa yang dipikirkan anak itu.

"Ini udah hampir sore, lo gak mau pulang?" tanya Galaksi.

Saat Raka hendak menjawab, tiba-tiba dering ponsel Galaksi menghentikannya.

"Kenapa?"

"...."

"Oh, dia ngajakin tanding balapan lagi?"

"...."

"Masih gak mau ngaku kalah juga, ya. Yaudah gue ke sana malem ini."

"...."

"Gak papa, cuma luka kecil. Lagian mereka udah gue hajar sampe mampus!"

Oke, sekarang Raka tahu penyebab luka dan lebam di badan Galaksi karena pemuda itu habis berantem.

"...."

Tut.

Galaksi memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Saat hendak berdiri, matanya tak sengaja melihat Raka yang juga menatapnya dengan ekspresi seperti minta dipungut.

"Ajg, gue lupa masih ada ni bocil."

Tiba-tiba Raka tersenyum hingga matanya menyipit dan giginya yang terlihat. Oke, Galaksi mulai was-was, jangan sampai apa yang ia pikirkan terjadi.

"Ekhem." Galaksi berdeham singkat. "Gue–"

"Ikut. Mau lihat balapan!"

Kan, apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi.

•••

Sementara di mansion, sebagian orang rusuh karena salah satu anggota mereka belum juga kembali pulang dari pagi.

Terutama Gisel yang mondar-mandir menunggu Raka pulang, dirinya sangat cemas pada anaknya itu. Padahal pagi tadi Raka sedang menonton sambil memakan cookies buatannya, dan ketika dia selesai dari halaman belakang untuk mengecek tanaman hiasnya, Raka sudah hilang entah kemana.

"Mas, kenapa Raka belum pulang juga?" Sudah berapa kali dia menanyakan hal yang sama pada sang suami.

Bastian menghela napas, dia mengusap punggung istrinya. "Bodyguard lagi mencari, Raka bentar lagi pulang. Kamu tenang aja, ya?"

Ivan yang duduk di sofa dengan wajah cemas langsung berdiri, mengambil jaketnya berniat untuk mencari sang adik.

"Bang, Abang mau cari Kakak? Aku ikut." Tiba-tiba Kay menahan tangan Ivan.

Ivan menoleh pada Kay, wajah adik bungsunya itu pucat. Tak mungkin dia mengajaknya keluar malam-malam begini.

Yang lebih tua mengelus kepala yang termuda. "Gak jadi. Kita tunggu kabar dari bodyguard aja, ya?" ujarnya, meskipun dalam hati sangat khawatir pada Raka.

Wajah Kay langsung murung. Dia juga sama khawatirnya pada Kakak keempatnya itu.

•••

Tak pernah dibayangkan kalau dibonceng naik motor akan semenyenangkan ini. Apalagi jika yang mengendarainya melaju dengan kecepatan tinggi.

Raka Alandra (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang