twenty-seven

480 63 13
                                    

Typo bertebaran



Happy reading....



Suasana siang menjelang sore di Asrama Tirta Langit terasa lebih santai dari biasanya. Beberapa penghuni asrama sibuk dengan aktivitas masing-masing. Jian duduk bersandar di tempat tidurnya, sibuk memainkan handphone, saat matanya tak sengaja menangkap sebuah notifikasi dari layar handphone Langit yang tergeletak di kasur seberangnya.

Sebuah pesan dari kontak bernama Mama muncul di layar.


📳Mama

Abang, hari ini temenin Mama ke makam Adek ya.


Jian mengerutkan kening. Adek?

Selama ini, setahu Jian, Langit adalah anak tunggal. Tidak pernah sekalipun dia mendengar cerita tentang seorang adik dari Langit ataupun Mama-nya. Rasa penasaran mulai menyelubungi pikirannya, apalagi saat ia melihat Langit buru-buru mengambil handphone-nya dan membalas pesan itu tanpa mengatakan apa pun.

Sepanjang sore, Langit terlihat lebih diam dari biasanya. Ia bahkan menolak ajakan teman-temannya untuk berburu takjil. Lalu, sekitar pukul setengah lima sore, ia pamit keluar.

"Lu mau kemana, lang?" tanya arkan.

"Keluar bentar. Ada urusan," jawab langit

Jian menatap punggung kakaknya yang berjalan pergi dengan langkah tergesa. Entah kenapa, firasatnya berkata ada sesuatu yang disembunyikan Langit.

Tanpa pikir panjang, setelah berpamitan dengan yang lain,Jian segera mengambil jaket dan diam-diam mengikuti Langit.

---

di depan gerbang asrama, ternyata sudah ada Yuna disana lalu mereka masuk ke dalam sebuah mobil. Jian segera memesan ojek online dan mengikuti mobil itu dari kejauhan.

Perjalanan terasa cukup jauh, sampai akhirnya mobil yang ditumpangi Langit berhenti di sebuah area pemakaman yang asing bagi Jian.


Di sana, batu-batu nisan berdiri dengan foto-foto kecil dari orang-orang yang telah meninggal. Jian mulai merasa ada sesuatu yang janggal.

Dari balik pohon, ia mengamati Langit dan Mama-nya yang berjalan menuju salah satu makam. Sang ibu meletakkan setangkai bunga di atas nisan, sementara Langit berdiri diam, menundukkan kepala.

Jian menggigit bibirnya, perasaan gelisah semakin kuat dalam dirinya.

Saat Langit dan Mama-nya pergi, ia akhirnya memberanikan diri untuk mendekati makam itu.

Langkahnya terhenti di depan sebuah batu nisan.

Matanya membelalak.

Di nisan itu, terdapat sebuah foto seorang anak laki-laki kecil.

Anak itu… begitu mirip dengannya.

Tangannya gemetar saat ia membaca nama yang terukir di sana.

Sky.

Jantungnya berdegup kencang. Sekujur tubuhnya terasa membeku.

"Siapa dia? Kenapa wajahnya sama persis denganku?"

Haunted dormitory [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang