27

13.8K 1K 17
                                        

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat.

Hari ini adalah hari dimana sang bungsu Elevander merayakan kelulusannya.

Dirumah yang besar ini sudah ada keributan dipagi hari. Sangat rusuh. Ah yang rusuh sebenarnya hanya Kalyan. Entahlah, ia hanya merasa sedikit gugup. Padahal sang empu yang sedang kelulusan saja sangat santai. Tapi kenapa malah Kalyan yang gugup.

Elard hanya bisa menghembuskan nafasnya lelah melihat sang ayah yang mondar-mandir. Terus mengoceh mencari entah itu dasinya lah, kaos kaki nya lah, atau bahkan baju yang akan dikenakan. Berujung Bima yang kerepotan menenangkan. Padahal Bima sudah menyiapkan itu semua sedari malam. Tapi tuannya itu mungkin masih mengantuk jadi tidak melihat setelan baju yang sudah rapi berada tak jauh darinya.

Griffin yang sudah jengah pun menarik ayahnya kembali menuju kamar. Menyuruh pria itu untuk cepat-cepat bersiap. Sedangkan si bungsu, Nio, sudah pergi sedari pagi. Bahkan anak itu sudah mewanti-wanti agar tidak datang telat pada hari kelulusannya.

•—•

"Makasih ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih ya."

"Iya, om."

Kalyan tersenyum pada Bumi yang sudah bersedia memfotokan mereka.

Acara masih berlangsung dengan tampilan sebuah tari dari adik kelas Nio. Ini dimanfaatkan oleh Kalyan untuk mereka berfoto sejenak.

Kalyan, Griffin dan Elard kembali pada tempat duduk mereka. Begitupun Nio dan Bumi yang juga duduk ditempat yang sudah disediakan khusus anak yang sedang kelulusan.

Acara satu persatu tampak dimulai. Sesekali Kalyan terlihat berbincang dengan orang tua dari murid lain. Juga merekam Nio, bungsunya. Bagaimanapun momen ini harus ia dokumentasi kan supaya nantinya mereka dapat melihat dan mengingat kembali moment ini dalam hidup mereka.

•—•

Griffin membukakan pintu untuk ayahnya. Lalu ia membuka pintu depan dimana ia duduk. Elard sudah menunggu dikursi kemudi, sedangkan Nio masih berbincang dengan sahabatnya diluar. Mereka akan pulang bersama. Nio ingin merayakan kelulusannya terlebih dahulu bersama keluarga. Lalu dimalam hari ia akan merayakannya dengan sahabat-sahabatnya.

Brak

Pintu ditutup Nio. Ia duduk disamping ayahnya. Kalyan membuka kaca mobil dan menatap sahabat dari anaknya itu. "Om sama anak om pulang duluan ya."

"Hati-hati om."

"Bawa mobilnya yang bener ya bang El."

Harusnya kalian tau siapa yang berucap. Kalyan tersenyum kembali dan menutup kaca mobil. Mobil pun melaju meninggalkan sekolahan yang masihlah ramai. Drax mengangkat tangannya saat mobil itu membunyikan klakson.

•—•

"Dikamar ada bunga. Dari siapa itu?" Tanya Nio pada Bima yang tak sengaja ingin melewatinya.

Bima yang sedang mengangkat sebuah panggangan terpaksa berhenti. "Ah ya saya baru mengingatnya. Tadi ada seorang kurir yang datang kesini siang tadi. Dan paket itu ditujukan untuk anda. Tapi saat saya bertanya, kurir itu berkata bahwa dia juga tidak mengetahuinya karena dirahasiakan."

Nio mengibaskan tangannya menyuruh Bima untuk pergi. Ia pun kembali memasuki kamarnya. Menghampiri buket bunga yang terletak disofa.

Dilihatnya bunga itu kembali. Ternyata ada secarik kertas kecil yang terselip. Ia mengambil itu, lalu membukanya.

—————
Congratulations to you. See you again.
—————

Alisnya terangkat. Merasa heran. Siapa gerangan yang mengirim ini. Ahh apa pedulinya. Tanpa basa-basi Nio melempar bunga itu tepat memasuki tempat sampah yang berada tak jauh darinya.

Melangkah pergi meninggalkan bunga yang teronggok mengenaskan.

Kakinya ia bawa menuju halaman belakang. Dimana sang ayah juga kedua saudaranya berada. Mereka berencana mengadakan barbeque. Terdengar aneh memang karena melakukannya disore hari. Karena kebanyakan orang pasti dimalam hari. Nio tak peduli. Lagian ide ini ayahnya yang berucap. Dengan senang hati Nio mengiyakan. Sedangkan Griffin juga Elard tim yang ikut-ikut saja.

"Ini dia bintang kita hari ini." Kalyan lekas menarik Nio duduk pada kursi yang mengelilingi sebuah meja panjang. Di atasnya sudah ada beberapa makanan yang tersaji. Sedangkan daging masih tahap pemanggangan yang sedang dilakukan oleh Bima dibantu Elard. "Kamu duduk aja. Hari ini kamu jadi rajanya ya."

Mau tak mau Nio mengiyakan. Yang penting ayahnya senang. Ia memangku wajahnya dengan tangan. Sibuk memperhatikan ayahnya yang sedang berdebat kecil dengan Griffin. Perkara siapa yang akan memotong. Diujung sana Nio melihat Elard yang sedang membolak-balikkan daging itu dengan ekspresi nya yang datar.

Nio tersenyum. Ia senang. Sejenak pikirannya kembali mengingat bunga itu. Sangat menggangu. Membuatnya penasaran. Pikirannya yang entah kemana itu buyar saat sang ayah menyodorkan sebuah daging yang terselip diantara sumpit.

"Buka mulut kamu." Kalyan memasukkan potongan daging itu pada sang anak. Ia tersenyum melihatnya. Dan lekas duduk dihadapan Nio. Terhalang dengan meja. Omong-omong Kalyan cape. Biarlah kedua anaknya juga sang asisten yang melanjuti.

"Ayah gak nyangka kamu udah mau dewasa aja. Perasaan dulu kamu sekecil ini."

Nio memperhatikan ayahnya yang sedang memperagakan kata kecil dengan jari telunjuk dan jempol  yang dirapatkan. Tidak rapat, mungkin ada jarak tiga cm.

"Gak sekecil itu juga."

Kalyan tertawa melihat respon Nio. Mereka pun tampak mengobrol. Sesekali Griffin akan menghampiri meja hanya untuk menunjukkan potongan dagingnya pada Kalyan. Modus.

Elard pun juga menghampiri meja untuk membawa daging yang sudah matang beberapa. Dan ikut duduk disamping ayahnya. Pekerjaannya akan dilanjuti oleh Bima.

Mereka berempat mengobrol dengan hangat. Sesekali tertawa karena lelucon kecil yang terlontar. Momen yang indah. Berbincang dengan ditemani irisan daging matang dengan bau yang menggoda. Tak lupa langit jingga yang membentang luas dengan sang Surya yang beranjak tenggelam. Bersiap dengan pergantian bersama sang bulan.

—A y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang