Selamat Membaca ♡
Jangan lupa ramein dengan komentar kalian.
Buat kalian yang rajin vote dan komen 🫰🏻
• • • • • • •
Harapan publik untuk melihat kaum muda tampil memimpin terbilang tinggi. Dilihat dari terpilihnya Wakil Presiden periode 2024-2029 dan slogan-slogan yang berterbangan ke sana-ke mari berbunyi: sudah saatnya anak-anak muda bangsa tampil dalam memajukan Tanah Pertiwi. Sebenarnya sudah sejak dulu tingginya respons publik tentang regenerasi kepimpinan nasional, namun sayangnya pada saat itu tidak bisa dilepaskan dari faktor keengganan tokoh senior dalam memberikan ruang kepada tokoh muda untuk muncul di permukaan. Baru di era sekarang lah anak-anak muda diberikan ruang untuk turut berpartisipasi dalam ranah politik. Terpenting harus memperhatikan kompetensi, kepribadian, integritas dan pengalaman kepemimpinannya.
Maka tak heran, jika tahun ini Rajendra Abdi Sastranegoro diangkat menjadi Ketua Umum Partai Wangsa Nusantara di usia 36 tahun, terbilang muda untuk menduduki kursi ketua umum menggantikan sang Ayah, yang kala itu menjabat sebagai ketua umum Partai Wangsa Nusantara di usia 61 tahun. Apalagi partai yang didirikan pada 25 September 2000 itu menjadi partai penguasa sejak tahun 2015 dan terbesar di Dewan Perwakilan Rakyat dengan 127 kursi.
Kata 'muda' yang kerap disematkan pada Rajendra, bahkan menjadi headline news di acara berita televisi maupun artikel, tak akan bisa dijadikan alasan dirinya dipandang sebelah mata atau diremehkan, sebab kualitas diri dan kinerjanya terbilang layak untuknya memegang jabatan sebagai pemimpin tertinggi pada partai yang berlambang tanah dan air itu. Namun pastinya, masih ada beberapa golongan yang meragukan dan mencela kualitas dan integritas dari sosok Rajendra.
Bila Rajendra dikatakan muda menjabat sebagai ketua umum partai, tetapi dalam hal usia untuk menikah malah sebaliknya. Orang tuanya, khususnya sang Ibu kerap menyinggung perihal dirinya yang terbilang sudah tua untuk terus melajang. Usianya telah menginjak 36 tahun, namun Rajendra masih betah dalam kesendiriannya. Berpolitik ke sana-kemari tanpa didampingi pasangan. Hal tersebut kerap dijadikan bahan untuk media, membicarakan tentang alasannya yang masih setia melajang hingga menjodoh-jodohkannya dengan beberapa anak pejabat.
Rajendra tak memusingkan hal itu selagi tak mencemarkan nama baiknya atau mengganggu karir berpolitiknya. Fokusnya hanya pada seputar dunia politik, berupaya untuk memperbaiki nama baik politik Indonesia yang mulai menurun di mata masyarakat. Kiprahnya sebagai ketua umum partai semakin naik ke permukaan kala merasakan dengan nyata kecakapannya selama memegang jabatan. Bukan hanya tentang dirinya yang berstatus sebagai anak dari mantan Ketua Umum sebelumnya atau paras tampannya yang memberi asupan media-media tak berbobot yang mengincar kenaikan rating.
Gebrakan yang Rajendra buat selalu disambut antusias oleh masyarakat. Seperti sekarang ini tatkala dirinya menggelar safari politik ke Kota Sragen, Jawa Tengah, untuk menemui pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Batik.
Hari Rabu sekitar pukul 14.00 WIB, Rajendra dan rombongannya berkunjung ke Kampung Batik Mawar Teduh, Kota Sragen, untuk melihat proses pembuatan batik dan berdialog dengan perajin batik.
Pria yang mengenakan kemeja batik berwarna hitam itu tampak akrab berbaur dengan para pengrajin dan penggiat UMKM Batik. Duduk di lantai beralaskan karpet permadani bercorak batik, berbincang ringan dengan Ibu-ibu pengrajin.
"Jadi awalnya saya kepengen mengembangkan batik di rumah. Lalu memperkerjakan warga di sini yang belum punya pekerjaan. Dengan tekad dan niat yang baik, usaha batik di kampung ini bisa berkembang pesat. Kami bisa menampung 25 tenaga kerja yang semuanya adalah warga di kampung sini," tutur seorang Ibu pengusaha batik bernama Ningrum Putri. "Bahkan jumlah pegawai di sini bisa bertambah kalau banyak pesanan, Pak. Dan kami sangat bersyukur batik produksi kami ini bisa menembus pasar Internasional melalui cara content marketing."
