Part 28. Cemburu

20.8K 153 12
                                        

"Assalamualaikum..." Bara terdiam ketika membuka pintu dia melihat kedua orang tuanya sedang duduk di sofa ruang tamu.

Bukan keberadaan mereka yang membuat Bara heran, melainkan ekspresi keduanya yang tampak tidak biasa. Mereka seperti habis melewati masa tegang.

"Ayah, ibu, udah lama sampai rumah?" tanya Bara. Bu Rani menatap anak laki-lakinya dengan raut wajah badmood.

"Udah pulang, Bar? Sini duduk samping ibu. Ada yang mau ibu omongin."

Tidak ada yang dapat Bara lakukan selain menuruti ibunya. Ia duduk sembari melepaskan jaketnya yang menampakkan seragam polisi yang ia kenakan.

"Ada apa, Bu?" Bara tidak tahu, tapi yang jelas atmosfernya amat tidak ia inginkan. Kuat sekali aura ketegangan di antara mereka semua.

"Bara, kamu sebagai pemimpin di dalam rumah tangga harusnya bisa lebih tegas terhadap istri kamu. Jangan mau diperlakukan seenaknya sendiri. Kamu tau tanggung jawab seorang istri itu melayani suami, kalo dia gak mau itu artinya dia istri pembangkang. Kapan ibu mau punya cucu kalo istrimu begini terus?" ujar Bu Rani panjang lebar.

Sejenak Bara terdiam. Ia mencerna kata-kata yang diucapkan oleh ibunya. Saat hendak menimpali tiba-tiba ayahnya menyeletuk.

"Tapi kamu juga sebagai pemimpin rumah tangga harus bisa jadi tempat ternyaman istrimu. Istrimu ada untuk jadi pendamping hidup kamu, bukannya jadi samsak berjalan yang bisa kamu pukuli waktu kamu marah."

Bara amat terkejut mendengar penuturan ayahnya. Bagaimana ia bisa tahu jika dirinya pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap Inaya?

"Bohong kan, Bar? Istrimu cuma mengada-ada kalo kamu pernah kdrt sama dia?" Ibunya ikut-ikutan bertanya yang justru membuat Bara semakin tersudut.

Ia masih bungkam tak dapat mengelak karena memang dia pernah melakukannya bahkan sampai meninggalkan luka di sudut bibir Inaya.

"Kenapa diam? Berarti bener kan apa yang dibilang Naya? Kalo seandainya kamu memperlakukan istrimu dengan baik, ayah yakin dia juga akan melayani kamu sepenuh hati."

"Ayah kok malah belain Naya, sih?"

"Diem dulu, Bu! Bapak lagi nanya sama Bara, bener gak kalo dia pernah kdrt sama Naya," ujar pak Yanto dengan sedikit bentakan membuat Bu Rani terlonjak kaget.

Mereka berdua bungkam. Bara pun bingung harus jujur atau berbohong karena ayahnya kalau sudah marah akan sangat menyeramkan sekali.

"Jawab Bara!" bentak pak Yanto.

"I...iya tapi itu cuma sekali dan Bara udah berkali-kali minta maaf tapi Naya malah berubah."

"Iya, karena bukan cuma kdrt tapi kamu juga selingkuh, kan? Sampai hamil anakmu juga."

Deggg...

Jantung Bara seolah berhenti saat itu juga. Ini adalah sebuah rahasia yang hanya ia yang tahu, kenapa ayahnya bisa mengetahui hal itu?

"Enggg...nggakkk, yah! Yy...yang itu gak bener!" ungkap Bara dengan terbata-bata.

Meski ia bilang tidak, semua mata yang menatapnya tahu jika pria itu sedang berbohong. Mulutnya bisa berbohong tapi ekspresi wajahnya tidak bisa.

"Lihat, Bu. Apa yang anak kita lakukan sama istrinya. Masih mau belain?" Kini kata-katanya ia lontarkan kepada Bu Rani.

Wanita paruh baya itu menunduk, tidak berani menatap wajah suaminya. Selain takut, dia juga malu karena ternyata fakta berbanding terbalik dengan apa yang ia yakini.

"Makanya kalo ngadepin masalah jangan kita tarik kesimpulan dari satu sudut pandang. Ibu cuma denger dari cerita Bara tapi gak mau tau dari cerita Naya."

Kisah Lendir Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang