Angin berembus lembut di atas bukit, membelai rumput-rumput liar yang menari dalam iramanya. Syarla berdiri di sana, membiarkan rambutnya berantakan oleh hembusan sejuk yang membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Matanya menerawang jauh, seolah mencari sesuatu di balik cakrawala yang mulai berwarna jingga.
Sejak kecil, angin selalu menjadi sahabatnya. Ia percaya, angin bukan sekadar udara yang bergerak, melainkan suara yang berbisik dari kejauhan—menceritakan kisah yang tak semua orang bisa dengar. Kadang, ia membayangkan angin membawa pesan dari masa lalu, atau mungkin petunjuk tentang masa depan.
Tapi malam itu, angin terasa berbeda. Lebih dingin. Lebih sunyi.
Syarla menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegelisahan yang tiba-tiba menyusup ke dalam hatinya. Ada sesuatu di udara—sesuatu yang tak bisa ia jelaskan, namun cukup kuat untuk membuatnya merasa bahwa kehidupannya tak akan pernah sama lagi setelah ini.
Dan saat ia berbalik untuk pulang, suara samar terdengar, terbawa oleh angin.
Sebuah bisikan yang entah dari mana asalnya.
"Syarla... Sudah waktunya."
YOU ARE READING
Wind's Serenity
Teen FictionDi sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, Syarla tumbuh dengan hati yang selalu merindukan kebebasan. Sejak kecil, ia gemar berdiri di puncak bukit tertinggi, membiarkan angin membelai rambutnya, seolah membisikkan kisah-kisah tak...
