Keningnya mengerut. Merasa heran karena diluar ruangannya berisik sekali. Ia pun menaruh pena yang dipegangnya. Baru ia berdiri, pintu sudah dibuka dengan lebar. Menampilkan Ken yang terlihat emosi dengan menahan seorang wanita yang tadi membuka pintu itu. Ingatannya mengingat, itu wanita yang ia lihat dimeja resepsionis.
"Maaf. Selagi saya berbicara baik-baik silahkan anda untuk keluar."
"Kamu siapa berani-beraninya menahan saya?! Saya mau bertemu dengan Zeylan."
"Anda tidak bisa menemui tuan Zey jika belum membuat janji temu. Silahkan keluar."
Kalyan menghampiri keributan itu. Ken yang melihatnya menundukkan kepalanya, "Maaf tuan atas keributan ini. Tapi beliau memaksa untuk bertemu dengan anda tanpa membuat janji temu sebelumnya. Saya sudah mencoba untuk mengusirnya, tetapi dia tetap kekeh ingin bertemu anda terlebih dahulu."
Kalyan merasa pusing. Siapa memangnya wanita ini? Ia merasa tak mengenalinya. "Lepasin dia Ken. Dan... Anda, silahkan masuk."
Wanita itu menghentakkan lengannya yang dipegang. Ia pun mengikuti langkah Kalyan. Dan duduk pada kursi setelah Kalyan menyuruhnya duduk. Kini mereka saling berhadapan.
•-•
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki berbalut high heels beradu dengan lantai marmer hitam.
Lampu-lampu yang berbentuk seperti obor berada disetiap sisi lorong mengiringi setiap langkahnya melaju.
Mata berbalut kacamata merah yang kontras dengan pakaiannya yang serba hitam tampak menyipit. Langkahnya ia patri semakin cepat.
"Kenapa pintu ini terbuka."
Sebuah kamar dengan pintu yang terbuka sedikit menjadi atensi pertamanya. Jemarinya membuka pintu itu semakin lebar. Kakinya yang jenjang ia bawa masuk lebih kedalam. Matanya mengedar seperti mencari sesuatu.
"Kemana dia? Sial, bisa habis saya dengan tuan kalau sampai wanita itu benar-benar kabur."
Ia pun pergi meninggalkan kamar. Punggungnya yang terbalut blazer kian menghilang dari pandangan. Meninggalkan kamar dengan pintu yang tertutup rapat juga lampu lampu tamaram.
•-•
Dengan tangan yang dilipat didepan dada juga tubuh yang bersandar pada kaca besar yang menampilkan pemandangan luar. Kalyan menatap kepergian wanita itu yang sedang berjalan kaki dan memasuki sebuah mobil. Sampai mobil itu menghilang dari pandangannya.
Pikirannya dipenuhi dengan berbagai spekulasi. Perkataan wanita itu terus-menerus terngiang.
Belum sempat seekor kucing mencari tikus, nyatanya tikus itu sendiri yang mendatangi sang kucing.
Dahlia. Nama wanita itu.
3 tahun yang akan datang.
Dan Nio, bungsunya.
Apa yang harus dia lakukan?
Disaat tubuh mulai menyesuaikan juga hati yang mulai menerima. Apa dirinya bisa? Apa ia harus merelakan kembali. Disaat pikiran mulai mencoba untuk melupakan kenangan lalu yang pahit, haruskah ia kelak belajar lagi melupakan?
Ingin kembali tak bisa. Ingin maju tapi hati mulai meragu.
Lalu apa yang harus ia lakukan?
Hidup memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi akan terasa mudah jika memang kamu berusaha.
Ayo Kalyan.
Ia tidak boleh melepaskan apa yang sudah susah payah coba ia raih.
Jika tikus kembali bersembunyi dan muncul kembali diwaktu yang dinanti, maka kucing akan menunggu sembari bermain-main dahulu.
•-•
"Maaf lama."
Kalyan tersenyum. "Gapapa. Ayah juga baru nyampe kok."
Nio berdehem. Setelah menutup pintu mobil ia menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Menerima usapan pada rambutnya, membuat Nio menatap sang ayah. Ia tersenyum kecil dan memejamkan matanya.
Mobil sedan Toyota Camry berwarna putih melesat meninggalkan area sekolah. Berbaur dengan padatnya jalanan.
-a y a h-

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬