Akasia Fumiko, Aktris yang membintangi Film The Miracle Of A Saintess sebagai Karakter Antagonis, Akasia Rosalie Amber. Putri Raja yang tidak diinginkan Rakyatnya dan bahkan Ayahnya sendiri.
Kesialan menimpanya ketika tahu Ia tidak hanya sekedar mem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surai blonde bergelombang itu di terbangkan dengan lembut oleh semilir angin yang datang, kulit seputih porselen nya berkilau di bawah teriknya matahari dengan sedikit kemerahan.
Iris amber rose nya bagai kaca jernih yang memancarkan binar indah layaknya permata berharga.
Seulas senyum manis terukir di bibir berbentuk hati nya seraya memperhatikan jari-jemari lentik nya yang menari-nari di atas permukaan bening air mancur membentuk pola-pola secara abstrak.
"Kau menyukainya?" Suara berat itu menginterupsi nya, Gadis itu menoleh ke belakang dan menemukan sosok jangkung Elliot yang kini telah berdiri di sebelahnya.
Akasia mengangguk pelan. "Tempatnya sangat indah, Papa." Ucap Gadis itu antusias.
Mata bulatnya berbinar-binar menatap Elliot, senyum lebar menunjukkan deretan gigi yang rapih. "Apakah Mama juga suka menghabiskan waktu di sini?"
"Hm," Elliot tersenyum tipis, emerald nya memandang lurus menerawang masa lalu. "Dia berdiri persis di tempat mu."
Bibir Akasia sedikit terbuka mendengar itu. Memperhatikan air mancur dengan air dingin dan jernih itu, burung-burung berkicau mengeluarkan suara indah, mawar merah dan hamparan hijau rerumputan yang tumbuh subur.
Tangan besar itu mendarat di puncak kepala Akasia dan mengelusnya lembut. "Aku membawamu ke sini karena aku tidak ingin kau terus-menerus memikirkan hari esok." Ucap Elliot.
Akasia menengadahkan wajah, mata besarnya menatap wajah tampan Elliot yang kini mengulas senyum hangat. Seolah terhipnotis dengan perkataan nya yang setenang air danau dan wajah tampan Elliot yang kini menampilkan ekspresi lain selain wajah datarnya.
Gadis itu tidak dapat berkata-kata lagi, mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu lalu tertutup kembali, terus-menerus seperti itu.
Elliot tertawa kecil, merasa gemas mendapati bagimana Putri kecilnya yang terlihat seperti masih balita di matanya.
Namun hal itu justru semakin membuat Akasia ternganga tak percaya. "Woah, Papa bisa tertawa juga?"
Elliot tiba-tiba merasa malu. "T-tentu saja." Berdeham dua kali untuk menormalkan kembali ekspresinya menjadi ke setelan awalnya.
"Papa, malu ya? Tidak perlu malu. Papa, sangat tampan jika tertawa seperti itu. Pantas saja Mama jatuh cinta padamu." Ucap Akasia dengan polos.
Elliot memalingkan wajahnya yang sudah sangat memerah, "Aku tidak mengerti maksudmu." Pria itu menggaruk pelan tengkuk nya yang tidak gatal sama sekali, tiba-tiba menjadi kikuk.
Akasia menyipitkan mata tidak percaya, memiringkan wajah. "Oh ya."
"Hei, diam lah." Wajah Elliot semakin memerah seperti kepiting rebus, Ia menutup wajahnya sendiri.