Halo halo, apa kabar?
Sehat? Sehat donk.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
"Papa... Jika Papa terus membentakku, Vyan rasa, Papa memang tidak menginginkan Vyan di sini."
"Omong kosong. Sejak kapan papa mengatakan tidak menginginkan Vyan?!"
"Zelig... Kamu masih berani menaikkan nada bicaramu?" Violet memandang sang suami dengan senyuman tapi senyum itu begitu menusuk bagi Zelig sendiri.
"Tidak, tidak. Vyan maafkan papa, oke? Papa berjanji, tidak ada waktu berikutnya."
"Em." Vyan menjawab dengan seadanya.
Zelig juga bisa merasakan tatapan menusuk yang dilayangkan si kembar. Tapi ia pura-pura tidak melihatnya. Zelig mengelus surai lembut milik si bungsu dengan pelan. Ia menyesal dan akan berusaha untuk menjaga perkataannya lagi. Ia harus ingat, Vyan memiliki kondisi yang istimewa.
"Vyan," panggil Zelig.
"Hm?"
"Vyan berjanji harus selalu berpikir positif, oke? Papa akan mengusahakan yang terbaik. Vyan pasti bisa sembuh."
Vyan memiringkan kepalanya. 'Kenapa harus? Hidup itu terlalu merepotkan untukku. Dan lagi, tubuh ini sudah rusak.'
Violet dengan gugup meraih telapak tangan Vyan yang terasa dingin. "Sayang, jangan seperti itu, ya."
"Jangan seperti itu?" Vyan bertanya dengan bingung. Sepertinya ia tidak mengatakan apapun.
"Ma-maksud mama, Vyan pasti bisa sembuh." Violet buru-buru memperbaiki ucapannya. Ia tidak bisa mengatakan jika ia bisa mendengar suara hati sang putra.
"Ma, Vyan lelah."
"Ah, baiklah. Kita masuk dan tidur lagi. Ini masih pagi."
Belum sempat Vyan menjawab, tubuhnya sudah digiring masuk, lalu direbahkan di atas ranjang. Sebuah selimut menutupi tubuhnya hingga batas dada.
Vyan merasa dejavu, tapi memilih untuk bungkam.
Padahal, arti 'lelah' yang dimaksud Vyan adalah lelah dengan hidup. Bagaimana mungkin Vyan tidak merasa lelah, ia telah mengakhiri hidupnya tapi dipaksa untuk bisa hidup kembali. Ia yang telah kehilangan minat pada dunia dipaksa untuk bertahan. Ini sungguh membuat jiwa Vyan merasa sangat lelah.
[Tuan.]
[Hm?]
[Memiliki hidup baru bukanlah sesuatu yang buruk, 'kan?]
[Mungkin, iya, jika kamu bertanya pada orang lain. Tapi ini aku...]
[Tapi di sini, Tuan memiliki keluarga yang baik.]
Vyan tersenyum miris. [Kamu melupakan satu fakta.]
[Apa itu, Tuan?]
[Sebaik apapun keluargaku saat ini, nyatanya, mereka bukanlah milikku. Aku di sini hanyalah pengganti. Apakah aku pantas mendapatkannya?]
[...] Sistem merasa bingung harus menjawab apa. Ia tidak memiliki keluarga, ia hanyalah kumpulan data. Ia tidak tahu apa yang membuat tuannya berpikir begitu rumit. Jika itu baik, kenapa tidak? Hidup yang diinginkan banyak orang, nyatanya begitu enggan untuk dijalani Tuannya. Sepertinya, ia perlu mempelajari lagi emosi manusia.
***
Vyan berjalan mengelilingi mansion Stuviealigh didampingi kakak kembarnya.
"Kak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly!: Another NPC
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca, yuk. Saling support. Bukan saling menyakiti. Komen tidak sopan, maaf langsung blok! ⏳⏳⏳⏳⏳ Vyan terbangun dengan dikelilingi orang-orang asing di sekitarnya. TING! Sistem: "Sistem berhasil diikat! Halo, Tuan Rumah!" Vyan:...