Semua siswa dikumpulkan dalam barisan sesuai kelas masing-masing. Suasana dipenuhi bisik-bisik penuh antisipasi, sementara beberapa dari mereka diam-diam berharap pengumuman mendadak dari Pak Harsa berarti mereka bisa pulang lebih cepat.
Di depan barisan, Pak Harsa berdiri tegap. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya, membuat suasana yang sudah penuh rasa ingin tahu semakin tegang.
"Kita pernah mengadakan acara ini tahun lalu, angkatan sebelumnya tidak pernah mengalami kejadian yang sampai menyebabkan salah satu dari mereka terluka. Tapi kali ini... sesuatu terjadi dan diwaktu bersamaan."
Pak Harsa menghentikan ucapannya sejenak, tatapannya menyapu barisan panitia dan para guru yang berdiri di sisi lapangan. Ada keraguan di matanya, seolah sedang menimbang kata-kata yang tepat.
"Siang ini, Bapak dan para guru telah berunding. Kami sepakat bahwa Shadowbrook Camp tahun ini akan resmi berakhir lebih awal," lanjutnya, nada suaranya sedikit lebih berat.
"Pastikan semua barang pribadi sudah dikemas dan tidak ada yang tertinggal. Panitia, kalian bertanggung jawab untuk memeriksa area perkemahan sebelum keberangkatan."
Suasana kelas yang tadinya dipenuhi bisik-bisik kini berubah hening. Beberapa siswa tampak lega, sementara yang lain justru terlihat cemas.
"Tapi, Pak, bagaimana dengan sesi penutupan? Biasanya ada acara sesi foto untuk mengabadikan momen," salah seorang panitia bertanya ragu-ragu.
Pak Harsa menghela napas sebelum menjawab, "Tidak ada sesi penutupan seperti tahun sebelumnya. Kami tidak ingin mengambil risiko lebih banyak lagi. Keselamatan kalian adalah prioritas utama."
Bisikan kembali terdengar di antara para siswa. Ada yang kecewa, ada pula yang semakin penasaran dengan alasan di balik keputusan ini. Tiga siswa yang terluka dalam kejadian misterius itu masih menjadi bahan perbincangan di antara mereka, meskipun tidak ada yang berani membahasnya secara terang-terangan.
"Tuh kan! Kata Roro juga dari awal lebih baik kita liburan ke Bali atau Labuan Bajo aja daripada capek-capek ke sini! Sekarang apa? Pulang lebih cepat, tapi dengan mental breakdown!" seru Roro penuh emosi, tangannya terangkat ke langit seperti tokoh utama drama kolosal.
"Bener banget, Pak!" sahut Lyora dengan semangat berapi-api.
"Kenapa harus susah-susah ke hutan? Kita tuh generasi yang tumbuh di era WiFi! Bayangin aja, kalau kita camping di sekolah, bisa bawa rice cooker, ada colokan, nggak perlu antri mandi, dan yang paling penting..." Lyora berhenti sejenak, membangun tensi, lalu melanjutkan dengan suara dramatis, "...nggak ada makhluk gaib noel-noel tubuh kita tengah malam!"
Sontak beberapa siswa langsung ngakak, ada yang sampai harus menutup mulutnya biar nggak ketahuan guru.
Calista yang berdiri di belakang mereka langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Astaga... sumpah, gue malu punya temen begini," gumamnya pasrah.
Vania yang berdiri di sebelahnya mengangguk setuju. "Kita bilang aja mereka anak pindahan yang nyasar ke sini."
Suasana yang tadinya tegang langsung berubah jadi penuh cekikikan tertahan. Beberapa guru mulai melirik ke arah mereka dengan tatapan mencurigakan, tapi tampaknya tidak ada yang cukup tega untuk menegur dua siswa yang baru saja mengguncang dunia perkemahan dengan komedi absurd mereka.
Tapi tidak ada yang tahu sama sekali jika perkataan terakhir Lyora mengandung kode dan maksud lain yang benar adanya jika ia dilecehkan Draeven kemarin malam.
***
"Lo lihat headset gue nggak, Ly?"
"Biasanya lo taruh di mana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...