Hari terakhir tidak seindah yang dibayangkan untuk mengabadikan momen langka para angkatan yang akan menempuh kelulusan tahun depan, Shadowbrook Camp meninggalkan misteri di hari ketiga. Kabut pagi masih menyelimuti hutan Rimba Senja ketika Lyora duduk di batang kayu dekat api unggun yang mulai redup. Cahaya matahari baru saja menembus celah-celah pepohonan, menciptakan bayangan panjang di tanah berembun. Udara pagi terasa dingin menusuk, tapi Lyora sudah terbiasa.
Di sebelahnya, Juna menghela napas panjang. Tangannya masih sedikit gemetar saat menyentuh perban di lengannya.
"Jadi, semalam lo beneran ngerasa ada yang narik lo?" tanya Lyora, menatapnya dengan tatapan penuh selidik.
Juna mengangguk, ekspresinya serius. "Gue yakin ada sesuatu di hutan ini. Gue nggak hanya tersandung. Rasanya seperti... ada tangan tak terlihat yang ngedorong gue."
Terpaksa ia harus berbohong, jika mengatakan sebenarnya pasti akan menimbulkan kepanikan di Shadowbrook Camp.
"Lo ngelihat tangannya nggak?"
Juna menggeleng, "Gue cuman ngerasa, tapi jelas nggak ada siapa-siapa persis seperti murni kecelakaan."
"Sumpah Jun itu bukan gue," celetuk Reza yang menghampiri keduanya sambil membawa teh hangat milik Juna. "Gue juga heran, tau-tau lo udah tersungkur kedepan tepat ditebing kecil, untungnya gue sigap tarik lo dari belakang."
"Gue nggak nuduh lo, Za."
"Dari awal gue nggak pernah setuju liburan kesini, udah mah makan korban sekarang tangan lo kena bambu runcing. Sialan, sejak kapan hutan yang katanya surga berubah jadi tumpahan darah, disini ada genderowonya!"
"Lo jangan ngomong sompral ege," Juna menatap nyalang.
Lyora mengerutkan kening, tapi sebelum ia bisa menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan histeris dari arah tenda Veronika cs.
"AARRRGHHH!!!"
"A-APA INI?!"
Suara mereka menggema di seluruh perkemahan, membuat beberapa siswa yang masih terlelap langsung terbangun dan berhamburan keluar tenda. Beberapa panik, sebagian lagi bingung, tapi semuanya mengarahkan pandangan ke satu titik, tenda yang ditempati oleh Veronika dan Chintiya.
Seketika, suasana yang tadinya tenang berubah tegang.
Lyora dan Juna segera bangkit dan berlari ke arah sumber suara. Saat mereka sampai, Veronika dan Chintiya sudah berdiri di depan tenda mereka dengan wajah pucat pasi. Mata mereka melebar, bibir mereka bergetar. Tapi yang paling mencolok adalah... darah di bibir mereka.
Lyora terkejut. Bibir Veronika dan Chintiya bukan hanya pecah, tapi ada luka sayatan tipis, seolah ada seseorang atau sesuatu yang telah menyayatnya dengan sengaja.
"Apa yang terjadi?!" seru salah satu siswa.
"Gue nggak tahu!" Chintiya menjawab panik. "Kami tidur seperti biasa, tapi tiba-tiba aja gue merasa bibir perih! Saat gue lihat ke cermin, udah seperti ini!"
"Gue juga!" Veronika menambahkan, suaranya gemetar. "Dan gue merasa seperti ada seseorang yang menyentuh wajah gue semalam! Gue kira itu cuma mimpi, tapi ternyata..."
Kegaduhan makin menjadi. Beberapa siswa mulai bergosip, sementara yang lain ketakutan.
"Apa mungkin ini ulah hantu?" bisik seorang siswa.
"Atau sesuatu..." sahut yang lain dengan nada takut.
Lyora tetap diam, mengamati luka di bibir kedua gadis itu dengan ekspresi berpikir. Mereka memang tidak akur, tapi kejadian ini... terasa terlalu aneh untuk dianggap kebetulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...