—USAHAKAN BACA DALAM KEADAAN TENANG DAN HENING—
Enjoyyy….
***
Sejak kembali ke Jakarta, kemanapun Zeze pergi, ia selalu ditemani kakaknya. Bahkan berangkat dan pulang kerja pun Zeze tidak diperbolehkan mengemudikan mobilnya sendiri. Dan sekarang, kamar Zeze sudah dipindah ke kamar bawah. Meskipun begitu, terkadang Aby masih menemani di kamarnya begitupun sebaliknya. Pokoknya, Aby tidak akan membiarkan Zeze sendirian.
Terkadang juga, Hanif ikut menginap di rumah Aby jika jadwalnya memungkinkan. Wanita itu lah yang ikut menjadi saksi atas apa yang terjadi pada Zeze. Ia juga membantu Aby untuk mencari pengobatan alternatif lainnya.
Sampai tiga minggu berlalu, gangguannya tidak kunjung mereda. Beberapa orang yang dibilang ‘pintar’ itu kebanyakan menyerah di tengah jalan. Tidak ada yang mampu melepas perjanjian itu. Mereka hanya menghilangkan gangguan-gangguan sesaat saja. Termasuk Ki Joko Purwo.
Aby bahkan sempat mendatangi Mbak Andira di Pontianak untuk mencari informasi apapun yang bisa menolong mereka. Tapi hasilnya tetap sama. Tidak ada yang bisa merubah perjanjian itu kecuali mereka bisa mempermainkannya.
Dulu, Mbak Andira hampir melemparkan dirinya di atas rel kereta ketika kereta api arah Surabaya-Malang melintas. Bersyukurnya dia masih selamat berkat teman yang kebetulan tinggal di sekitar situ menariknya dari aksi nekatnya. Dan teman itulah yang kini menjadi suaminya.
“Setelah kejadian itu… aku melihat Andira seperti orang linglung. Sering sakit dan… masih banyak hal aneh yang nggak masuk akal. Aku sempat bertanya sama mbahku tentang kejadian ini. Kebetulan mbahku 'bisa'.” Mas Janu memberi tanda kutip dengan jemarinya. “Mbahku bilang, aku harus menikahinya. Beruntung saat itu ayahmu merestui. Karena dia belum tahu bahwa ternyata tumbalnya akan lari ke anak perempuannya yang lain."
Mas Janu lalu menatap Aby lurus-lurus. “Ini saranku, ketika kamu nanti menemukan calon suami untuk Zeze. Jangan sampai keluarga besar kita tahu. Kamu ngerti maksudku, kan?”
Aby mengerti. Sudah pasti tidak akan ada restu. Atau mungkin ayahnya akan menggagalkannya.
“Makanya sejak itu, kami malas ikut campur urusan keluarga. Aku dengar sekarang Buk Inggrid banyak menguasai harta Ayah sampai memusuhi istri-istri lainnya." Mbak Andira mengendikkan bahunya sembari mencibir. "Bisa-bisanya mempersoalkan harta yang didapat dari hasil mengorbankan orang lain!" dengus Mbak Andira penuh rasa benci.
“Tapi tidak ada yang tidak mungkin, Dek Aby. Tuhan yang berkehendak. Bukan iblis itu," ucap Mas Janu penuh penekanan.
Mbak Andira pun mengangguk setuju. “Aku masih percaya, Zeze bisa selamat. Masih ada waktu. Jangan menyerah minta sama Tuhan. Tauhidmu itu penting! Kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana bentuk pertolonganNya. Yang jelas, kamu tetap harus minta! Jangan putus doa ya, Dek," ucap Mbak Andira dengan tulus sembari menepuk pundak Aby.
Tapi ketakutan-ketakutan yang di alami Zeze masih terus berlanjut. Membuat Aby semakin hari semakin dilanda frustasi. Pekerjaannya sebagai cyber security consultant bahkan terhambat hingga bentrok dengan beberapa klien dan timnya. Bukan hanya itu, hubungannya dengan Hanif pun ikut berdampak.
Rasanya sudah berbeda. Ia merasa bukan waktunya lagi untuk bersenang-senang di keadaan seperti ini. Setidaknya, kekasihnya itu bisa mengerti.
Bagaimana tidak, semua orang mengatakan hal yang sama. Ia seolah dikejar-kejar oleh kalimat…

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT BETWEEN US
HorrorBagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri? "Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia." -Hartati Mayangkusum...