Alpha's Babies 8

10.4K 696 36
                                    

T/n: Hello all! Minal aidzin wal faidzin buat yang merayakan ya. Maaf nih kalo translator pernah salah ucap sampe bikin tersinggung. Juga maaf apdetnya telat ehehe.. Translator lagi pingin nyantai liburan kemarin. Yak oke ga usah banyak2. Enjoy. Ditunggu komennya tentang chapter ini yaa. Luv y'all :)

****

Colten.

Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Aku duduk di meja dengan kepala di dalam tanganku. Kepalaku rasanya sangat pusing dan berat, selain itu aku juga keringatan hebat. Mungkin itu semua efek dari menangis setelah aku menemukan kalau aku telah menelantarkan anak-anakku sendiri seperti itu. Aku sama sekali belum menangis lagi sejak dua tahun yang lalu saat aku sadar bahwa aku tidak akan bisa menemukan mateku lagi.

Nick mendadak masuk ke kantorku. "Kau memanggil, Alpha?"

Aku dengan perlahan mengangkat kepalaku ke belakang sehingga kepalaku beristirahat di sandaran kursi. "Ada apa denganku?" tanyaku lemah.

Nick mengerutkan dahi dan menghampiriku. "Kenapa? Ada apa?"

Aku menutup mata, merasa sangat lelah dan lemah. "Di mana... Raiven?" aku menanyakannya dengan agak susah. Pasti terjadi sesuatu padanya. Aku bisa merasakannya dengan seganap serat tubuhku.

Nock mengambil sehelai tisu dan menutulkannya ke dahiku. "Aku baru saja melihatnya bersama Derek. Kau kira ini ada hubungannya dengan Derek?"

Mataku terbuka lebar. "Pasti," kataku.

Setelah Raiven menciumku sebelumnya, aku tak ingin membiarkannya pergi lagi. Kami telah terpisah terlalu lama. Aku tak akan melepaskannya lagi. Ia bilang sendiri bahwa ia tidak mencintai Derek. Aku suka mendengar kata-kata itu dan hampir pingsan bahagia saat ia mengatakannya.

Tak seorangpun yang bisa menggambarkan kebencian yang kurasakan untuk Derek. Kalau saja perubahan wujud beruangnya tidak begitu berguna untuk pack, aku pasti sudah mematahkan rahangnya sampai terbuka dari dulu.

Aku mendongak menatap Nick dan mengulurkan lenganku padanya. "Tolong bangunkan aku."

Nick menghela napas dan menarikku sampai bangun. Setelah aku berdiri, aku menggelengkan kepala menjernihkan kepalaku lagi untuk mendapatkan kekuatan kembali. Setelah aku yakin bahwa aku bisa berdiri dengan dua kaki, aku menghantam dada Nick. Ia membungkuk, mengerang, dan memaki.

Aku melemaskan jemariku dengan senang. "Maaf, teman. Coba-coba berlatih kalau dibutuhkan," kataku sembari berjalan keluar.

Walaupun dalam keadaan melayang, aku keluar dari kantorki dan mampu mencapai puncak tangga, merasakan tarikan mate kepada Raiven. Saat itulah aku mendengar tawa merdunya dan juga anak-anakku. Aku tersenyum sendiri kepada diriku.

"Oh, Derek! Kau lucu sekali!"

Senyumku otomatis menguap. Kalau ini yang namanya 'putus' belakangan ini, maka namanya aku pasti sudah tambah tua. Aku berderap menaiki tangga dengan agak marah. Namun aku menjaga kemarahanku, mungkin saja ia cuma bercanda dengan Derek sebelum ia menjatuhkan 'bom'nya.

Kenyataannya, yang aku lihat mengoyak hatiku dengan hebat. Serigalaku mengaum cemburu dan frustasi. Derek mengalungkan lengannya di sekeliling pinggang Raiven dan Raiven bersandar dwngan santai kepada Derek, mengerjapkan bulu-bulu matanya kepada Derek.

Kenapa ia--Raiven--menatapnya seolah Derek adalah satu-satunya lelaki yang tersisa di bumi? Kenapa anak-anakku sendiri menatapnya seperti itu?

Aku mengeratkan kepalan tinjuku.

"Raiven?" tanyaku, berjuang untuk menjaga suaraku tetap datar. Ia dengan enggan menarik matanya dari Derek, tangannya masih di dada Derek.

"Ya?"

Alpha's Babies (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang