Tenda Perkemahan, Hutan Rimba Senja
“Tadi siang lo nggak kenapa-kenapa di sungai?” tanya Roselia, atau lebih dikenal sebagai Roro dengan nada khawatir.
Lyora yang tengah merapikan pakaian di dalam koper menoleh sekilas sebelum menjawab, “Kalau lo tau gue sendirian, kenapa nggak nyari gue?”
“Sendiri?” ulang Vania menatap Lyora dengan bingung.
“Kami khawatir, Ly,” timpal Calista yang baru saja masuk ke dalam tenda. “Lo sadar nggak sih, waktu lo di sungai, itu jadwal siswa cowok buat mandi? Bahkan si mantan rese lo juga ada di sana. Makanya tenda pada sepi.”
Gerakan tangan Lyora terhenti seketika.
“Bener yang dikatain Calista,” Roro langsung menyambung. “Begitu gue sadar lo di sungai, gue teriak manggil-manggil lo. Kita langsung nyusul ke sana, tapi malah disorakin. Dikira cewek mesum yang mau ngintip cowok mandi.” Roro menjatuhkan diri ke kasur lipatnya, wajahnya kesal setengah mati mengingat kejadian tadi.
Lyora mengerutkan kening, menatap satu per satu wajah teman-temannya yang ada di dalam tenda, Roro, Vania, Calista, dan Widuri. “Kalian bercanda?”
Mereka saling bertukar pandang.
“Gue di sana sendirian. Nggak ada siapa-siapa,” lanjut Lyora, suaranya lebih serius sekarang. “Makanya gue kesel banget pas balik ke tenda dan sadar lo semua nggak ada yang peduli gue hidup atau nggak.”
Roro yang tadinya bersiap memejamkan mata langsung bangun kembali. “Lo ngomong apa sih, Ly? Kita semua khawatir!”
Vania mengangguk cepat. “Sumpah, Ly. Kita nyariin lo sampai ke sungai.”
“Tapi gue nggak lihat satu pun siswa cowok di sana.”
Raut wajah Calista mengeras. “Kita nggak bohong, Ly. Justru sekarang yang aneh itu lo. Lo mandi di sungai yang mana? Kehadiran lo tuh nggak terdeteksi.”
Widuri bergeser mendekat, tangannya mengusap bahu Lyora pelan. “Kita muter-muter nyariin kamu, Ly. Eh, tahu-tahu kamu udah ada di tenda. Tadinya kita malah mau minta tolong yang lain buat bantu cari kamu.”
Calista mengangguk. “Bener. Kita nggak nelantarin lo, Ly. Kita panik banget, sumpah.”
“Chintiya malah nyebar gosip kalau lo lagi berduaan sama Kak Arsa ngelakuin begituan,” sahut Vania, mendengus kesal. “Tapi pas kita cek, cowok lo tuh lagi ikut mandi.”
Lyora mendelik. “Mantan.”
Roro menggenggam tangan Lyora, menatapnya lekat-lekat. “Jujur deh sama kita, apa yang terjadi pas lo mandi?”
Lyora mengangkat bahu, “Ketemu ikan.”
Widuri mengernyit. “Ikan? Tapi setahu aku, Sungai Rengganis nggak pernah ada ikan.”
Alis Lyora bertaut. “Masa sih? Mungkin dulu kali. Kalau sekarang udah beda. Buktinya gue pegang sendiri, bukan ikan jadi-jadian.”
“Tapi—”
“Aduh, Wid, jangan dibahas lagi, deh.” Roro menyela cepat, ekspresinya mulai kurang nyaman. “Ntar ujung-ujungnya malah jadi horor. Lagian, seiring berjalannya waktu, keadaan juga berubah. Siapa tau sekarang sungainya udah ada ikan.”
Calista dan Vania serempak mengangguk, setuju. Widuri menghela napas, mengurungkan niatnya untuk berdebat lebih lanjut. Ada sesuatu yang terasa janggal baginya, tetapi mengingat hari sudah malam, rasanya bukan ide bagus untuk mengungkit hal-hal yang bisa merusak suasana.
Roro melirik jam di pergelangan tangannya sebelum meregangkan tubuhnya malas. “Gue tidur duluan, ya. Ngantuk.”
“Gue juga,” sahut Calista, langsung merebahkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...