Lyora mengambil beberapa potong pakaian dari dalam tasnya untuk berganti setelah mandi. Ia menoleh ke arah Roro yang tengah asyik mengunyah biji kuaci sambil mendengarkan lagu melalui headset.
Ia membuka sebelah headset Roro. "Temenin gue mandi, Ro."
"Uhuk... uhuk..." Roro tersedak. Biji kuaci yang seharusnya ia buang malah ikut tertelan begitu saja mendengar permintaan Lyora.
"Apa?" tanyanya dengan suara serak, masih sibuk batuk-batuk.
"Temenin gue," ulang Lyora santai.
Roro menatapnya curiga. "Nggak salah, nih? Bukannya lo lebih suka ngapa-ngapain sendiri?"
Lyora menghela napas pelan. "Gue lagi pengen ditemenin."
Roro terkikik geli. "Lo sukses jadi positif penakut. Oke, gue temenin. Tapi tunggu yang lain dulu, biar ada yang jagain barang-barang."
"Gue nggak takut," kilah Lyora cepat. Ia membuka penutup tenda, lalu melirik Roro sekilas. "Sekarang aja deh, Ro. Badan gue udah lengket banget."
"Yaudah deh, ayo!"
Mereka berdua keluar dari tenda. Roro berjalan lebih dulu, menunjukkan jalan karena ia sudah lebih dulu mandi dibanding yang lain.
Suasana perkemahan tidak seramai pagi tadi sejak Pak Harsa mengumumkan bahwa kemah hanya akan berlangsung tiga hari, jauh lebih singkat dari rencana awal yang seharusnya enam hari. Pengumuman mendadak itu tentu saja menimbulkan tanda tanya di kalangan siswa, yang tidak tahu apa pun tentang alasan perubahan tersebut.
Di tengah perjalanan, Lyora menghentikan langkahnya, menatap Roro ragu. "Serius lewat sini, Ro?"
Roro mengangguk sambil melihat sekeliling. "Iya, gue juga kaget. Tapi namanya juga hutan, mau nggak mau kita mandi di sungai."
"Sungai?" Mata Lyora terbelalak. Kalau tidak salah, kejadian ia tertangkap basah tempo hari juga terjadi di dekat sungai. Pantas saja tempat ini terasa familiar.
"Kemarin bukannya kita ke gubuk toilet?" tanyanya curiga.
"Gue juga heran. Padahal kemarin itu toilet baik-baik aja, tapi tadi pagi waktu Afriza izin ke sana, gubuknya malah ambruk."
"Hah? Maksud lo?"
Roro menghela napas, lalu berbalik menatap Lyora yang tampak terkejut. "Iya, tiba-tiba runtuh. Jadi, kita semua terpaksa harus ke sungai. Bukannya Pak Harsa ngumumin juga tadi pagi?"
"Gue nggak denger."
Roro menepuk jidat. "Oh iya, gue lupa. Lo kan tadi pagi masih tidur."
"Yaudah, ayo lanjut. Gue pegel berdiri terus," ujar Lyora, sedikit enggan.
Mau tak mau, ia kembali mengikuti Roro. Firasatnya tidak enak, tapi rasa lelah di tubuhnya mengalahkan segala keraguan. Ditambah lagi, ini masih siang. Siapa juga yang berani berbuat macam-macam di saat terang begini?
Srek!
Mereka refleks berhenti.
Roro, yang tipikalnya penakut tapi sok berani, langsung merapat ke samping Lyora dan mencengkeram lengannya erat.
"Lo denger nggak barusan?" bisik Roro.
"Iya, gue juga denger."
Lyora menajamkan pandangan ke arah sumber suara. Suaranya seperti ranting pohon yang beradu dengan dedaunan kering.
Ia melirik Roro yang kini memejamkan mata, tangannya bergetar ketakutan.
Lyora tersenyum tipis. Sebuah ide jahil langsung terlintas di kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...