— P r o l o g u e —
"Kau maunya apa, sih?! Berhenti mengikutiku, hantu jelek!"
Alih-alih tersinggung, sosok itu justru menyeringai lebar di bawah gelapnya malam. Cahaya bulan samar-samar menembus celah dedaunan rindang, menambah aura mengerikan yang menyelimuti tempat itu.
Sudah sekitar sepuluh menit Lyora berlari. Napasnya tersengal, keringat membanjiri tubuhnya hingga terasa seperti mandi di tengah malam. Jantungnya berdebar tak karuan, apalagi saat suara berat sosok itu kembali terdengar, tenang, menyeramkan, dan nyaris seperti bisikan iblis.
"Sayang, kau ingin ke mana?"
Sial. Bulu kuduknya meremang.
Lyora berusaha lebih cepat, tapi entah karena kakinya terlalu pendek atau pria itu yang seperti tiang listrik berjalan, semua usahanya terasa sia-sia. Seberapa pun keras ia mencoba kabur, langkah pria itu tetap mendekat, santai, seolah tahu bahwa ia akan segera menyerah.
Luka-luka gores di tubuh pria itu terlihat jelas di bawah remang cahaya, seperti bukti bisu dari kehidupan brutal yang ia jalani. Atau mungkin… itu berasal dari korban-korban di berita?
Kalau benar, Lyora menelan ludah... maka kemungkinan berikutnya adalah dia.
Bruk!
"Akh!"
Sebelum ia sempat mencerna ketakutannya, tubuhnya lebih dulu terjatuh. Dan dalam sekejap, hawa panas tubuh pria itu sudah menyelimutinya.
"Lebih baik dalam dekapanku, bukan?"
***
6 jam yang lalu
Langit senja mulai meredup saat rombongan siswa memasuki area perkemahan Shadowbrook Camp. Siswa kelas 12 IPA 2, SMA Arunika Cahaya, baru saja tiba di Hutan Rimba Senja, sebuah kawasan di perbatasan kota kecil Arcapura, sekitar dua jam perjalanan dari pusat kota. Hutan ini terkenal dengan pepohonannya yang menjulang tinggi, jalan setapaknya yang jarang dilalui, serta kabut tipis yang kerap menyelimuti di pagi dan sore hari.
Meski tujuan mereka adalah kegiatan kemah akhir tahun, suasana di sekitar hutan terasa jauh dari kesan menyeramkan seperti yang sering diberitakan. Suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin terdengar samar, bercampur dengan kicauan burung yang mulai mencari tempat bertengger seolah menyapa mereka dengan ramah.
Namun, tetap saja, ada beberapa siswa yang merasa waswas. Tapi, mereka memilih mengabaikan perasaan tidak nyaman itu. Lagipula, apa yang bisa terjadi? Ini hanya hutan, bukan?
"Mau dilihat dari mana pun tetep angker. Kata nenek gue, hutan ini disebut hutan keramat," celetuk Indira.
Salah satu temannya segera menyikut lengannya. "Hus! Jangan asal ngomong. Kalau penghuni sini denger, gimana?"
"Kalau takut ya takut aja. Nggak usah bawa-bawa mitos," sahut seseorang dari belakang.
Semua mata kini tertuju pada seorang gadis yang baru saja memasuki area perkemahan. Ia menyeret koper besar, sementara sesekali menguap seolah tidak peduli dengan sekitar.
"Mitos pala lo," ketus Veronika. "Lo nggak baca berita yang banyak beredar?"
"Minimal, rapihin dulu rambut lo sebelum nyeletuk," sindirnya lagi.
"Udah kayak gembel aja," tambah Chintya, disambut tawa mengejek dari dua temannya.
"Jangan hina cewek gue."
Lyora tersentak kaget saat mendengar suara familiar dari belakang, disertai kedua tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang rampingnya. Ia menoleh kecil, ekspresi wajahnya langsung berubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...