23

12.7K 1.1K 26
                                        

"Bahkan mawar dan oleander yang memikat pun ternyata mampu menyakiti siapapun, lantas bukankah manusia justru akan lebih mudah untuk melakukannya?"

"Bahkan mawar dan oleander yang memikat pun ternyata mampu menyakiti siapapun, lantas bukankah manusia justru akan lebih mudah untuk melakukannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀🥀

Mentari telah terlelap, diselimuti oleh sang rembulan. Cakrawala yang semulanya bersinar terang menyambut ribuan kenyataan, kini kembali memudar dan menyambut harapan yang terbang bersama ribuan cahaya.

Pancaran cahaya yang indah itu kini menari di hadapan netra biru Gretta. Menemaninya menikmati semilir angin malam yang menyapu lembut surai cokelatnya yang bebas bergerak.

"Udara malam tidak baik untuk kesehatan."

Pergerakan tangannya di atas buku lukis terhenti. Tersenyum samar sebelum berbalik menuju sumber suara yang berasal dari belakang.

"Bukannya kau sedang melatih anak-anak?" tanya Gretta pada Fredric yang kini masih menggunakan pakaian latihannya dan pedang yang tersarung rapi di pinggang.

"Terdengar seperti membahas masa depan," ujar Fredric santai. Bokongnya telah mendarat sempurna tepat di samping Gretta. Hanya saja, ia tidak memilih batu sebagai alas. Bukan tanpa alasan, hanya ada rumput hijau yang tersisa.

Gretta menatapnya seksama. Cukup lama hingga membuat Fredric menaikkan sebelah alisnya. Merasa kurang nyaman ditatap seperti itu.

"Bagaimana jika kita mewujudkannya?"

Fredric benar-benar tersedak ludahnya ketika mendengar lontaran kalimat ambigu itu. Ia bahkan batuk untuk beberapa saat hingga membuat Gretta turut prihatin.

Jemari Gretta menepuk pelan punggung Fredric, "Kau sepertinya masuk angin," ujar Gretta pura-pura polos.

"Ya, seper-"

Gretta memajukan wajahnya, "Aku serius mengatakannya. Menurutmu bagaimana?" selanya yang membuat Fredric tanpa sadar mendorong bahu Gretta hingga hampir terjatuh. Untung saja, secara cepat, Fredric kembali sadar dan menarik Gretta untuk kembali ke posisi semula.

Jangan bayangkan Gretta akan jatuh di atas tubuh Fredric. Mereka masih memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Hanya saja, perasaan Gretta yang tidak baik-baik saja.

"Kenapa kau mendorongku? Kau pikir aku ini musuhmu di medan perang?" protes Gretta yang melotot sempurna. Ia bahkan kini sudah menggoyang-goyangkan tubuh Fredric melalui tarikan di baju.

"Aku hanya kaget," jujurnya.

Gretta berdecih, "kenapa harus kaget? Kita ini suami-istri. Kau tidak mau punya anak?" marahnya yang kini makin melotot tajam seakan kedua pupilnya akan lepas dari posisi.

Duchess of ValtorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang