18

13.6K 1.3K 38
                                        

"Wajah anda terlihat sangat tegang, tuan Zey."

Ken membenarkan kacamatanya. Matanya yang kuning bagai seekor kucing terlihat berkilau karena terkena cahaya. Melihat bagaimana client itu berbicara dengan tangan merambat pergelangan lengan tuannya.

"Saya sudah menantikan pertemuan kita ini sejak lama."

Kalyan berdehem. Menetralkan ekspresi nya yang tegang. Kalyan tersenyum. Menarik tangannya. Membuat pria yang memegang permukaan atas tangannya ikut menariknya juga.

"Maaf menyela. Tapi bagaimana jika kita langsung saja membahasnya demi menghemat waktu. Tuan saya sangat sibuk karena akan ada pertemuan selanjutnya dengan pihak lain." Ken berucap dengan senyum nya yang ramah.

Kerutan tak senang muncul di dahinya. Sedetik terganti dengan senyum balasan. "Ah iya saya mengerti. Saya paham tuan Zeylan memanglah sangat sibuk, dan saya berterimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk pertemuan kita."









່Kalyan berjabat tangan, diikuti Ken. Menundukkan kepalanya untuk memberikan kesan sebuah rasa hormat. Bagaimanapun orang itu adalah client nya. Setelah sedikit berbasa-basi Kalyan melangkah pergi dengan Ken dibelakangnya. Meninggalkan meja resort yang masih diduduki seorang pria dengan asisten wanitanya.

"Hahh Anna... Kamu benar. Dia memang sesuai dengan ekspektasi saya." Ucapnya dengan bertumpu dagu menatap kepergian Kalyan juga Ken.

Anna, sang asisten pun berucap. "Tidak salah lagi, tuan. Dengan kita bekerjasama bersama perusahaan tuan Zey mungkin itu adalah suatu keuntungan kecil bagi perusahaan kita. Tetapi mungkin ini juga keuntungan yang besar bagi tuan."

"Hmm. Tapi apa kamu melihat pria disampingnya itu? Sungguh membuat kesal dengan cara dia menatap saya."

"Bukankah tuan Ken memang terkenal seperti itu?"

"Ya, lagipula apa peduli saya dengannya." Ia berdiri. Merapikan jas yang dikenakannya. Lalu pergi meninggalkan meja resort diikuti sang sekertaris. "Dahlia~ kenapa dia sangat begitu bodoh. Dan kamu Anna, Laporkan terus perkembangannya."

"Baik, tuan."

•—•

"Pria yang aneh."

Ken menoleh, melihat tuannya menggerutu. Tangannya fokus menyetir.

"Ken, memangnya kita mau bertemu dengan siapa lagi?"

Ken yang mengerti maksud dari perkataan Zeylan pun menjawab, "Tidak ada. Saya hanya beralasan saja karena tuan Filix membuang-buang waktu. Lagipula dia sangat tidak sopan karena sudah berani memegang anda seenaknya, tuan."

Kalyan yang tadinya melihat pemandangan luar dari balik kaca sontak melihat Ken. Ia menganggukkan kepalanya sarat akan setuju dengan perkataan Ken. "Yaa! Makanya aku bilang dia aneh!"

"Iya, tuan benar."

Hening melanda didalam mobil. Kalyan yang kembali melihat pemandangan jalan, dan juga Ken yang fokus menyetir.

Ken melirik spion luar. Melihat jalanan belakangnya. Entah perasaannya saja atau bagiamana, tapi Ken merasa seperti diikuti sedari tadi.

"Berhenti, Ken. Aku mau beli es krim untuk mendinginkan pikiran."

Ia menginjak rem mobil. Mobilpun berhenti disisi jalan. Lagi, Ken melirik spion. "Biar saya saja yang membelikannya."

Kalyan menahan lengan Ken yang bersiap membuka pintu mobil. "Gak usah. Kamu diem aja disini."

Tak ingin menunggu, Kalyan dengan cepat keluar. Melipir memasuki sebuah toko. Ken yang memang menunggu didalam mobil pun memperhatikan tempat dimana tuannya masuki.

Tak sampai lima menit Ken melihat Zeylan yang sudah keluar dengan menenteng dua es krim. Tampak Kalyan mengangkat satu tangannya yang ia tujukan untuk Ken. Dia membelinya untuk pria itu. Dalam jalannya Kalyan tampak tersenyum lebar menunjukkan es krim yang dipegangnya.



"Eumphh-!"

"TUAN!!"

Ken melotot kan matanya. Firasat tak enaknya sedari tadi ternyata benar terjadi. Ia membuka pintu mobil dengan cepat. Berlari menghampiri Zeylan yang sedang diseret memasuki sebuah mobil dengan sapu tangan yang menutupi hidung.

Sial! Ken kalah cepat. Sesaat tangannya sudah ingin menggapai pintu mobil, tetapi mobil itu sudah melaju meninggalkan nya. Ia lari kembali pada mobilnya, masuk dan menghidupkannya. Pergi melesat meninggalkan dua buah es krim yang terdampar juga reaksi terkejut beberapa warga yang memang tak sengaja melihat kasus penculikan itu.

Drrtt... Drett... —pip.

"Ya?"

"Seseorang menculik tuan Zey. Saat ini saya sedang berusaha mengejar mobil itu."

"Kirim alamatmu sekarang. Saya akan menyusul."

"Baik, tuan."

—a y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang