- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Semua orang berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam. Keadaan malam itu tidak sama dengan malam-malam sebelumnya. Septi masih saja menangis, meski kali ini tangisnya sama sekali tidak mengeluarkan suara. Rositi memberi tanda pada Aji agar tidak mengusik Septi sementara waktu. Bahkan Marwan yang biasanya selalu membujuk Septi pun kali itu memilih tidak melakukan apa-apa. Mereka tahu, bahwa Septi tidak akan mendengar bujukan siapa pun. Ada sesal yang begitu besar dalam hati Septi tentang Amira yang tidak mereka pahami.
"Pocong-pocong yang muncul di sekitar rumah Pak Bagja itu adalah pocong pesugihan," ujar Marwan, membuka obrolan malam itu.
Septi tetap tidak memberi tanggapan dan hanya fokus pada makanan di piringnya. Hanya Aji dan Rositi yang saat itu menatap ke arah Marwan.
"Pocong-pocong itu muncul bertujuan untuk membantu orang yang melakukan pesugihan, agar mendapatkan tujuannya dengan mudah. Contohnya adalah pembangunan rumah itu. Rumah itu baru dibangun selama satu hari, namun bangunannya sekarang terlihat hampir setengah rampung."
Aji mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia paham dengan apa yang Marwan sampaikan. Rositi sesekali menatap ke arah Septi, memastikan kalau Septi benar-benar akan menghabiskan makan malamnya.
"Tapi, ada tujuan lain juga dari kemunculan pocong-pocong itu," lanjut Marwan.
"Tujuan lain, Yah? Apa maksudnya tujuan lain itu?" tanya Aji, seraya mengerenyitkan keningnya.
Marwan menatap serius ke arah putra sulungnya. Ia memilih tidak segera menyelesaikan makan malam, padahal ia tidak pernah suka berlama-lama saat makan. Namun malam itu, ia memilih untuk menunda makannya sejenak agar bisa memberi penjelasan pada Aji.
"Tujuan lainnya dari kemunculan pocong-pocong itu adalah untuk membantu meneror orang yang dibenci oleh si pelaku pesugihan. Pocong-pocong itu akan meneror terus-menerus, jika tidak dihentikan lebih cepat. Hal itu terjadi karena si pelaku pesugihan sangat membenci orang yang kena teror pocong tersebut. Sehingga dendamnya terhadap orang itu akan dibalaskan oleh pocong-pocong pesugihan yang membantunya," jelas Marwan.
"Maksud Ayah, teror pocong itu seperti yang terjadi pada Bu Patmi hari ini?" tanya Rositi.
Marwan pun mengangguk.
"Benar, Bu. Seperti yang terjadi pada Bu Patmi hari ini," jawabnya.
"Bibi Patmi? Memangnya ada apa dengan Bibi Patmi?" Aji merasa penasaran.
"Bu Patmi didatangi oleh pocong hari ini, Nak. Dua kali, saat siang dan saat sore," jawab Rositi.
"Dan saat didatangi yang kedua kalinya oleh pocong pesugihan itu, keadaan Bu Patmi cukup mengenaskan. Pocong pesugihan itu dengan sengaja mengekangnya sehingga mengalami kejang yang cukup lama. Ayah dan Bapaknya Resti melihat keberadaan pocong itu di dekat pintu belakang rumah Bu Patmi. Hal itu membuat Ayah segera membantu mendoakan air untuk Bu Patmi, agar kekangan pocong pesugihan itu bisa segera terlepas dari dirinya."
Aji merasa tak bisa membayangkan, betapa mengerikannya keadaan di rumah Patmi sore tadi. Ia tahu betul, bahwa keadaan sangatlah kacau jika Ayahnya sampai turun tangan untuk membantu membebaskan Patmi dari kekangan pocong pesugihan.
"Intinya, sekarang kita semua harus berhati-hati jika berhadapan dengan Bu Rusna ataupun Pak Bagja. Sebisa mungkin, jangan pernah tunjukkan bahwa kita sudah tahu kalau mereka melakukan pesugihan dan menumbalkan nyawa Amira agar pesugihan itu berhasil. Ayah dan Bapaknya Resti akan mencari cara agar jasad Amira bisa ditemukan. Kita akan membawa jasadnya ke sini dan memakamkannya dengan layak. Tapi syarat untuk bisa menemukan jasad Amira adalah dengan menggagalkan beberapa hal dari ritual pesugihanya lebih dulu. Jika beberapa hal dari ritual pesugihan yang dilakukan oleh Pak Bagja dan Bu Rusna tidak digagalkan, maka akan sangat sulit bagi Ayah dan Paman Didin menemukan jasad Amira."
Septi pun menatap ke arah Ayahnya, dengan wajah basah yang terus saja berusaha ia seka.
"Ayah benar-benar akan mencari di mana jasad Amira?" tanyanya.
"Iya, Nak. Ayah enggak mungkin mengabaikan hal seperti itu. Amira berhak dimakamkan dengan layak. Meski kita tidak bisa mencegah kematiannya, karena tidak tahu bahwa dia akan ditumbalkan oleh kedua orangtuanya, setidaknya kita bisa memberikan pemakaman sebagaimana yang seharusnya dilakukan," jawab Marwan, berusaha meyakinkan putri bungsunya.
Septi pun benar-benar menyeka airmatanya dan mulai berhenti menangis. Ia memutuskan untuk ikut berpura-pura tidak tahu apa-apa soal pesugihan yang dilakukan oleh Bagja dan Rusna. Ia ingin Ayahnya bisa segera menemukan jasad Amira, agar jasad itu bisa dimakamkan dengan layak. Aji pun merangkulnya dengan lembut, agar perasaan Septi bisa kembali tenang seperti sediakala.
Usai makan malam, Aji masuk kembali ke kamarnya. Ia jadi ikut memikirkan keberadaan jasad Amira, meski semasa Amira hidup ia tidak pernah akrab dengannya. Aji hanya sering menyapa balik jika Amira menyapanya duluan. Ia tak pernah berusaha untuk akrab, karena lebih suka menikmati waktu sendirian setelah pulang ke rumah.
Kini--setelah mendengar bahwa Amira meninggal akibat ditumbalkan, sehingga hanya arwahnya saja yang bisa terlihat oleh Marwan dan Didin--Aji mulai penasaran dan ingin tahu lebih jauh soal pocong pesugihan yang membantu Bagja maupun Rusna. Hal itu menuntunnya menuju ke arah jendela kamar yang kini sudah tertutup oleh gorden. Ia sengaja mematikan lampu, agar bisa mengintip dari balik gorden tanpa terlihat oleh siapa pun.
Kedua mata Aji membola seketika, saat melihat ada begitu banyak pocong yang sedang melompat-lompat di sekitaran rumah milik Bagja. Pocong-pocong pesugihan yang terlihat olehnya saat itu memiliki wajah yang berbeda-beda. Ada yang berwajah hancur penuh darah. Ada yang berwajah hangus hingga hanya menyisakan tengkorak. Ada yang bermata bolong dengan mulut menyeringai menyeramkan. Jika ada orang yang tidak biasa melihat makhluk halus lalu melihat ke arah rumah milik Bagja, Aji yakin kalau orang itu pasti akan terkena serangan jantung dalam sekejap akibat ketakutan.
Baru saja Aji hendak berhenti mengintip dari balik gorden, sebuah mobil mewah mendadak datang dan berhenti tepat di depan rumah milik Bagja. Aji mengurungkan niat untuk berhenti mengintip dan segera mengeluarkan ponselnya. Ia terus memerhatikan ke arah mobil itu sambil merekam video menggunakan ponsel, sampai akhirnya Rusna dan Bagja turun dari sana. Keduanya tampak menoleh ke kanan dan ke kiri, seakan sedang melihat-lihat situasi ataupun keberadaan warga desa.
"Mau apa mereka? Kenapa gerak-geriknya sangat mencurigakan?" gumam Aji, lirih.
Setelah keadaan dirasa aman, Rusna dan Bagja terlihat membuka pintu belakang mobil mewah itu. Keduanya bekerja sama mengeluarkan sesuatu dari sana dengan sangat hati-hati. Aji merekam semuanya. Ia bisa melihat dengan jelas, bahwa Rusna dan Bagja saat itu sedang bekerja sama mengeluarkan sebuah tampah berisi sesajen. Kedua orang tersebut membawa sesajen itu ke arah belakang rumah mereka.
"Pasti sesajen itu akan diletakkan di belakang rumah. Aku harus memberi tahu Ayah," putusnya, yang kemudian berhenti merekam dan keluar kembali dari kamar.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong Pesugihan
Horror[COMPLETED] Rumah kecil itu mendadak dibangun menjadi sangat mewah. Penghuninya juga tidak lagi terlihat sederhana seperti dulu. Semuanya berubah. Mulai dari pakaian, aksesoris, alas kaki, dan bahkan memiliki mobil keluaran terbaru. Di tubuh mereka...