Apa kabar readers kesayangan Inay?
Sehat? Mudah-mudahan sehat semua ya.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
"Sona, kamu bisa pergi sekarang. Urusan keluargaku bukanlah bagian bagimu untuk ikut andil," ucap Violet dengan dingin.
Sona terkejut dengan nada dingin yang dilontarkan Violet padanya. Ini pertama kalinya ia mendengar Violet berbicara dengan nada dingin seperti itu.
"Maaf, jika aku menyinggungmu. Aku tidak bermaksud seperti itu." Sona berusaha meraih tangan temannya, tapi lebih dulu ditampik oleh Violet.
Ekspresi jijik tidak lagi tersembunyi di wajah Violet. "Mulai sekarang, kamu tidak perlu datang lagi ke sini."
"Ap-apa?! Kenapa seperti itu? Aku minta maaf jika ucapanku menyinggungmu, oke? Bukankah kita teman?"
'Teman terdekat adalah orang yang menusuk paling dalam ketika berkhianat.'
Vyan merasa tubuhnya terasa lebih lelah, kepalanya terasa agak pusing. Tanpa sadar, ia menyadarkan tubuhnya ke arah salah satu kakak kembarnya. Ia tidak tahu mana yang kakak sulung dan yang mana kakak keduanya. Pasalnya, keduanya memiliki wajah yang sama.
Ghoza menatap adiknya yang bersandar padanya dengan wajah yang terlihat semakin pucat.
Vyan memejamkan matanya tapi rasa pusing yang menimpanya terasa semakin nyata. Seolah ada bianglala yang berputar di dalam kepalanya. Rasa mual mulai datang menghampiri. Ia menutup mulutnya, mencegah sesuatu yang seolah mendesak ingin keluar.
'Aku ingin muntah.'
Tanpa menunggu waktu, Ghoza langsung menggendong adiknya untuk dibawa ke kamar mandi terdekat.
"Bawa wanita ini keluar! Dan jangan biarkan dia datang lagi ke sini!" ucap Zelig final untuk Sona.
Sedangkan yang mendapatkan ultimatum merasa seperti tersambar petir di siang bolong.
Kenapa semuanya menjadi seperti ini?! Ia hanya berbicara satu dua patah kata saja.
***
Ghoza menurunkan adiknya di depan closet.
Vyan yang sudah tidak bisa lagi menahan mualnya akhirnya muntah. Semua makanan yang baru saja singgah di perutnya kini semuanya keluar kembali. Vyan memuntahkan semua makanan yang dimakannya hingga tidak ada lagi yang tersisa. Meski begitu, keinginan untuk terus muntah tidak terhenti. Yang berakibat Vyan memuntahkan cairan asam dan pahit.
Ketika selesai muntah, tubuh Vyan terasa lemas, dan wajahnya terlihat sangat pucat. Jika saja sang kakak tidak menopangnya, mungkin Vyan sudah terbaring di atas lantai saking lemasnya. Karena ia sudah tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri.
Yang lain hanya bisa menunggu di depan pintu kamar mandi dengan perasaan cemas. Setelah tidak lagi terdengar suara muntahan, Zelig masuk lalu mengambil alih tubuh Vyan yang sudah tidak memiliki tenaga lagi.
Sembari mengikuti sang suami yang membawa si bungsu, ekspresi Violet terlihat sangat cemas dengan mata yang berkaca-kaca, emosinya terasa campur aduk. Dari sedih, marah, kecewa dan khawatir.
Dokter telah dihubungi, dan sudah dalam perjalanan.
Zelig merebahkan tubuh putra bungsunya di atas ranjang. Si kembar dan sang istri langsung ikut naik ke atas ranjang mengelilingi si bungsu yang matanya kini terpejam. Tapi meski si bungsu menutup matanya, mereka tahu jika Vyan masih sadar.
Tubuh Vyan langsung diselimuti hingga batas leher. Keningnya berkerut, bulu matanya terlihat bergetar.
Seorang kepala pelayan mengantar air gula hangat untuk Tuan Kecilnya. Ghozi menerima nampan itu, lalu kembali duduk di sisi ranjang dengan cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly!: Another NPC
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca, yuk. Saling support. Bukan saling menyakiti. Komen tidak sopan, maaf langsung blok! ⏳⏳⏳⏳⏳ Vyan terbangun dengan dikelilingi orang-orang asing di sekitarnya. TING! Sistem: "Sistem berhasil diikat! Halo, Tuan Rumah!" Vyan:...