💫💫💫
Cahaya keemasan berputar di atas Fiuuna, membentuk lingkaran sihir yang mengunci wilayahnya. Sekumpulan kristal berkilauan turun perlahan, seperti pecahan bintang yang menggantung di udara-menunggu perintah untuk menghujam. Fiuuna menahan napas, matanya menatap kristal-kristal yang bergetar di udara, seolah siap menusuknya kapan saja. Otot-ototnya menegang, instingnya berteriak agar ia segera bergerak.
Di hadapannya, Neo mengangkat tongkat sihirnya lebih tinggi. Tatapannya penuh teka-teki, bibirnya sedikit melengkung, tetapi matanya tetap tajam. "Hujam dia," suaranya meluncur tenang, namun sarat dengan tantangan.
Fiuuna spontan mengangkat kedua lengannya, menyilangkan tangan di atas kepala. Cahaya keemasan di atasnya semakin terang, membuat bayangannya memanjang di tanah. Tubuhnya sedikit menekuk, bahunya menegang, sementara kakinya berpijak mantap di atas tanah, siap menahan serangan yang jatuh dari langit. Ia menggigit bibirnya dengan gemetar-lalu, kristal-kristal itu mulai meluncur turun dengan kecepatan tinggi.
♦️♦️♦️
Lima detik, sepuluh detik, hampir tiga puluh detik berlalu.
Tepat sebelum ujung kristal itu mengenai Fiuuna, pergerakannya berhenti. Fiuuna masih berada dalam posisi yang sama, dan tubuhnya bergetar hebat dengan napas yang memendek. Ia memberanikan diri untuk membuka mata pelan, dan... penampakan Neo yang mengambil kembali sihirnya terpampang jelas di depannya.
"Maaf, aku hanya mencoba menguji reaksimu." Neo berkata dengan nada santai, tapi sudut bibirnya menahan tawa. "Hihihi, ternyata kau penakut juga ya Fiuuna." Ia terkikik melihat Fiuuna yang melotot tajam ke arahnya.
"Tentu saja aku takut! Diri siapa yang tidak kaget saat sekumpulan kristal tajam meluncur ke arahnya?! Dasar." Fiuuna berdecak sambil mengibaskan tangannya kasar ke udara, pipinya memerah karena kesal. "Dasar jahil!" Meski begitu, ia tidak membenci kelakuan Neo yang terlalu 'berbahaya' menurutnya. Amarah kecilnya timbul hanya karena ketakutan yang ia miliki tadi.
"Maaf, maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi. Aku janji. Jadi, jangan marah lagi okei?"
"Berikan aku sesuatu dulu," rengek Fiuuna kesal, matanya menyipit penuh rencana tersembunyi.
"Dasar mencari imbalan." Dengus Neo. "Baiklah, kau mau apa?" Neo melayangkan tongkat sihirnya dengan ringan-bersiap mengabulkan permintaan Fiuuna.
Fiuuna berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu, lalu tersenyum lebar. "Aku mau... es krim raksasa yang bisa mengambang!"
"..." Neo berkedip dua kali. "Kau serius?"
"Tentu saja! Aku butuh energi setelah latihan!" Fiuuna mengepalkan tangannya di udara dengan tak sabar-menunggu permintaannya terkabul
Neo mendesah, namun akhirnya mengayunkan tongkatnya. Dalam sekejap, es krim raksasa muncul di udara. Masalahnya, es itu mulai melayang ke mana-mana.
"H-Hey! Kenapa es krimnya jadi hidup?!"
"Kau yang minta es krim mengambang! Beginilah bentuknya!" Tunjuk Neo menyudutkan Fiuuna sebagai pihak yang salah. Tapi ekspresinya menahan tawa. Sedangkan itu, Fiuuna berlarian ke sana kemari mengejar es krim melayang itu, tangannya menggapai-gapai es krim yang selalu menghindar. Bahkan sesekali, es krim itu seperti bergoyang ke kanan dan kiri, seakan mengejek Fiuuna.
"Berhenti kau, es krim nakal!" Fiuuna melompat tinggi, mencoba menangkapnya, tapi es itu bergerak lebih cepat-melayang semakin tinggi, seperti sengaja menghindarinya.
Neo akhirnya tak bisa menahan tawanya. "Fiuuna, kau bertarung dengan makanan? Itu konyol sekali!"
"Diam kau! Kau yang membuatnya seperti ini!" Fiuuna menggerutu, napasnya sedikit terengah karena terlalu banyak berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamas : The Clandestine of Millgrien
FantasyBlurb 🔮 "Mungkin sudah suratan takdirku untuk bertemu denganmu, anak muda. Banyak sejarah yang terkubur akibat peperangan ratusan tahun lalu. Kau mungkin salah satu yang terpilih untuk menyelamatkan negeri ini dari kehancuran." Pertemuan tak terdug...
