Halo apa kabar?
Sehat?Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
Vyan keluar dari kamar mendapati ruangan yang ditempati sudah tidak ada lagi kedua orang tuanya. Ia tidak terlalu memikirkan ke mana mereka pergi. lagi pula, ia bukan tipe orang yang usil dan ingin tahu ke mana orang di sekitarnya pergi.
Pintu dibuka, menampilkan Seth yang masuk ke dalam kamar.
Vyan menatap datar seseorang yang memasuki kamar.
"Vyan."
Yang dipanggil tidak mengindahkan. Vyan berjalan dengan kaki telanjang. Kaos kaki yang dipakaikan sang ibu tidak berniat untuk kembali dipakainya. Bukannya apa-apa, tapi Vyan tidak memiliki kebiasaan memakai kaos kaki di dalam rumah.
"Bisakah aku berbicara padamu?"
"Kamu sudah berbicara, kenapa masih meminta persetujuanku?" Vyan berjalan ke arah sofa yang ada di dalam kamar.
Seth duduk di sofa seberang. Ia melihat ke arah Vyan. Kulit orang di depannya terlihat sangat putih, wajahnya pucat. Kesan orang pesakitan terlihat dengan mata telanjang.
"Bisakah kamu berbicara baik untukku?"
Vyan mendengus dalam hati. "Kenapa aku harus?"
"Aku tidak akan mengganggumu. Kita bisa hidup berdampingan."
Wajah Vyan tetap mempertahankan wajah datarnya. "Kita pernah bertemu sebelumnya, bukan?"
Wajah Seth yang berubah menjadi tegang, tubuhnya kaku untuk sesaat.
"Kakak bisa mengenaliku dalam sekali lihat. Jadi... seharusnya kamu memiliki kesan juga, bukan?"
"Aku tidak tidak memerhatikan saat itu."
Sebuah senyum miring tercipta di bibir Vyan. "Kamu mengakuinya."
Wajah Seth kini berubah pucat.
"Kamu sudah menyelidikiku, bukan?"
"Ti-tidak."
"Jangan terlalu gugup. Aku tidak akan melakukan apapun."
"Jadi, bisakah kamu berbicara untukku?"
"Aku tidak mau. Kita tidak sedekat itu."
"Papa dan mama sudah menyayangiku begitu lama. Mereka pasti tidak akan melepaskanku begitu saja."
"Oh, karena kamu sudah yakin, kenapa masih memintaku berbicara baik untukmu."
Seth mengeratkan gigi gerahamnya. "Kamu membenciku, bukan?"
Yang ditanya tertawa hambar. "Kita tidak saling kenal. Untuk apa aku membencimu? Kamu terlalu percaya diri."
"Aku sudah di keluarga ini sejak kecil. Aku tidak bisa pergi begitu saja!" Seth sudah memiliki firasat jika dirinya pastinya akan dikembalikan ke keluarga kandungnya. Tapi, bagaimana bisa ia merelakan begitu saja kehidupan yang telah dinikmatinya selama ini. Jika saja Vyan tidak datang.
Vyan bisa melihat pemikiran Seth dari wajahnya yang sama sekali tidak menutupi ketidaksukaannya padanya. Ini sungguh lucu. Seharusnya, ia yang marah, 'kan?Kenapa justru sebaliknya?
"Kamu perlu ingat... semua yang didapatkanmu itu... Seharusnya milikku!" Vyan menekankan ucapannya.
"Jika tidak ada kejadian tertukar di antara kita. Kamu tidak mungkin bisa menikmati semua ini. Ini merupakan berkah untukmu. Aku tidak salah, bukan?"
Seth tahu, tapi tidak ingin mengakuinya. Mana mungkin ia bisa mengakui semua itu. Jika sewaktu bayi ia tidak tertukar, ia hanya akan menjalani kehidupan orang biasa. Segala kemewahan dan fasilitas terbaik yang dimilikinya mungkin tidak pernah dirasakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly!: Another NPC
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca, yuk. Saling support. Bukan saling menyakiti. Komen tidak sopan, maaf langsung blok! ⏳⏳⏳⏳⏳ Vyan terbangun dengan dikelilingi orang-orang asing di sekitarnya. TING! Sistem: "Sistem berhasil diikat! Halo, Tuan Rumah!" Vyan:...