16

14.5K 1.4K 33
                                        

Kalyan menghembuskan nafasnya lelah setelah menjadi tahanan Ken. Sejenak ia berpikir yang bos itu siapa sebenarnya.

Dengan pakaiannya yang terkesan berantakan karena tiga kancing teratas nya terbuka juga rambutnya acak-acakan yang disebabkan oleh dirinya sendiri karena terlalu pusing mencoba memahami sebuah dokumen. Mending kalau cuma satu, ini mah tumpukan gunung.

Kalyan mendorong pintu masuk, disambut dengan tawa kencang anak-anak. Ia mengerutkan dahinya. Apakah ada tamu?

"Hahaha mampus! Jangan lupa duitnya transfer aja sesuai taruhan ya."

"Ooh halo anak-anak, lagi pada main ya." Ucap Kalyan tersenyum senang melihat teman-teman dari bungsunya. Apalagi tawa si bungsu yang terlihat sangat bahagia. Iapun turut bersenang akan hal itu.

Bumi tersenyum, begitupun yang lainnya. Hanya Nio lah yang memutar kedua matanya malas.

"You look so sexy uncle."

Kalyan tertawa canggung mendengar ucapan dari anak yang mukanya sangar itu. Kalau tidak salah inget namanya Martin? Ah iya, Martin. Seketika ia menunduk untuk melihat keadaannya. Aish bisa-bisanya Kalyan melupakan kancing ini. Tangannya lantas merapikan kemeja yang dikenakannya.

Martin menutup mulutnya setelah mendapatkan senggolan dari Bumi. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal itu. "Maaf om, mulutnya emang suka lancang gini."

"Ehem!" Nio berdehem keras. Mereka semua menatapnya. Nio menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa dengan bersedikap tangan. "Udah sore, balik sana Lo pada."

"Lah biasanya juga nyampe malem," saut Drax kontras akan protesnya. Lagian tumben-tumben amat.

"Gue sibuk. Gak bisa nampung kalian semua nyampe malem."

"Hmm kalau gitu kita pulang dulu." Sakya berucap. Ia lantas berdiri di ikuti yang lainnya.

"Kami pulang dulu om." Bima berpamitan pada Kalyan mewakili temannya.

"Kenapa gak disini dulu nyampe makan malam? Ayo kita makan malam sama-sama biar lebih rame." Kalyan menatap keempat teman anaknya. Menawarkan makan malam bersama. Lagian tidak buruk juga. Kalyan menyukai anak yang manis.

Martin maju lebih dekat pada Kalyan dengan senyumnya yang lebih lebar. "Boleh bange–"

"Gak!"

Nio bangkit. Berjalan mendekat lainnya. Tatapannya sangat datar sarat akan ketidak sukaan. Dan itu tidak ia sadari.

Kalyan menatap Nio heran, "Kenapa enggak? Lagian gapapa kan. Nanti ayah masaknya banyak–"

"Gue bilang enggak ya enggak. Pulang dah sana Lo pada. Drax bokap nyokap lo nanti nyariin, Bumi katanya lo juga bakal ada acara keluarga kan? Sak, bukannya lo ada janji sama Adak Lo si Shinta? Dan lo, Martin, gak ada alasan khusus. Rumah gue udah gak terima tamu." Ucap Nio setelah seenaknya memotong pembicaraan Kalyan.

"Perasaan gue ada acara keluarganya lusa dah."

Sakya mendorong teman-temannya untuk berjalan keluar. Ia menunduk singkat pada Kalyan dan menepuk bahu sahabatnya, Nio, dua kali tanda berpamitan. Entah kerasukan apa si Nio sampai sebegitunya. Biasanya juga santai aja mau main nyampe malem bahkan sampai matahari terbit kembali. Entahlah, yang dapat ia mengerti hanyalah... Nio melakukan ini karena pria tersebut. Ayahnya.

"Gak baik ngusir teman kamu nyampe segitunya." Ucap Kalyan memperingati.

Sedangkan yang diperingati hanya mendengus tak ingin menatap ayahnya. Sebenarnya dalam hatinya ia sedang merutuki dirinya sendiri. Nio merasa... Dirinya tak senang akan Zeylan yang perhatian dengan temannya. Apalagi saat Martin berucap demikian. Cih, apa-apaan.

"Pake baju yang bener. Sengaja Lo ya pake baju sok-sokan dibegituin. Dipikir keren apa."

"Ayah emang keren." Kalyan tersenyum dengan gemas. Apa anaknya lagi cemburu ya? Hehehe lucu deh.

Nio berdecak mendengar itu. Ditatapnya sang ayah yang malah sedang senyam senyum dengan pipi meronanya. Ahh kenapa dia baru sadar? Ayahnya terlihat sangat— APASIH! sadar Nio!

"Udah sana ah! Katanya tadi mau masak."

Labil. Anak kecil tetaplah anak kecil.

Kalyan kembali dari haluan nya. Dengan semangat empat lima ia menatap Nio dengan mata berbinar-binar. Apa anaknya mulai menerima dirinya? Benarkah??! Astaga~

"Kamu mau coba makan masakan ayah?"

Ah ayahnya ini anjing atau apa? Lihatlah tatapannya itu.

"Iya cepet atau gue berubah pikiran."

"Oke siap!!! Ayah bakal masakin kamu dengan penuh cinta tanpa bantuan siapa pun!"

Bagus Kalyan. Sedikit lagi, mungkin sedikit lagi ia dapat mengambil hati bungsunya.

—a y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang