Malam ini terasa berbeda. Berada di ruang asing yang tidak familiar membuatnya sulit untuk memejamkan mata. Mungkin karena.... kamar tamu Gavin terasa luas dan terbuka. Tempat tidurnya berhadapan langsung dengan jendela kaca yang besar. Memang tertutup gorden, tapi kilat yang tak kunjung mereda itu masih tampak samar dari celah-celahnya. Lima jam lebih hujan yang mengguyur itu belum juga mereda, pasti sudah ada berita banjir di mana-mana.
Zeze meraba kasur hendak membuka portal berita, tapi ia teringat ponselnya tidak ada. Hanya lenguh pasrah yang sekarang terhembus kencang. Pada akhirnya, ia memutuskan bangkit. Melangkah keluar dari kamar tamu, memperhatikan isi apartemen yang remang itu, lalu duduk di depan televisi.
Hening dan sepi.
Bolehkah ia menyalakan televisi? Meskipun sudah lewat tengah malam, harusnya masih ada siaran yang bisa ditontonnya untuk mengalihkan segala pikiran yang bersarang.
Ia mencari remot TV. Membuka beberapa kabinet tapi tidak ada. Yang ia temukan malah figura coklat di mana ada foto Gavin sedang tersenyum. Senyumnya tampak begitu tulus di dekat seorang perempuan. Cantik sekali. Perempuan itu memiliki mata yang indah, hidung yang mancung, bibirnya tipis melengkung sempurna dan rambutnya hitam panjang seperti model iklan keratin.
Apakah ini… mantan tunangan Pak Gavin?
"Ze?" Gavin muncul dari ruang kerjanya.
Zeze terkesiap mengerjap. Ia buru-buru meletakkan figura itu ke tempat semula lalu menutup lacinya.
Sudah dibilang jangan clutak! Tiba-tiba nasehat Aby terngiang.
"Hm... maaf Pak, saya nggak bisa tidur. Tadi niatnya mau cari remot buat nonton berita malam di televisi," tuturnya cepat.
Gavin hanya menatapnya datar, lalu melangkah menuju sofa dan meraba di sana.
Hee….? Serius Pak Gavin kalau naroh remot di sela-sela sofa begitu?
Lalu televisi menyala. Remot itu Gavin serahkan pada Zeze agar ia bisa mengganti channel sesuka hatinya. Zeze kemudian duduk di sofa yang menghadap langsung pada televisi. Mencari berita malam atau program yang masuk seleranya. Namun tidak ada yang menarik baginya hingga berakhirlah ia menonton Om Jacky Chan—film dubbing-an yang terlalu sering tayang di tengah malam.
Tapi Gavin bukannya beralih, pria itu malah ikut menonton bersamanya dan tiduran di sofa lain sembari bersedekap.
"Pak, minta air minum ya," ucap Zeze di tengah-tengah laga.
Gavin hendak bangkit, tapi Zeze buru-buru mencegahnya. Ia tidak mau merepotkan sang tuan rumah. Jadi Zeze hanya minta ditunjukkan di mana letak gelasnya. Dan pada saat ia berada di dapur, pandangan matanya tak sengaja menemukan cheesecake yang teronggok mengenaskan di tempat sampah dekat dispenser. Zeze memperhatikannya sambil mengisi air dalam gelas.
Kasihan sekali nasib cheesecake itu....
"Pak Gavin, cheesecake dari tetangga tadi kenapa dibuang? Emang nggak enak?" tanyanya saat mendekat.
Gavin menoleh sekilas, lalu kembali ke televisi.
"Ada isinya," jawabnya singkat.
"Isi?" gumam Zeze heran.
Isi coklat? Isi strawberry? Pak Gavin alergi sesuatu?
Tapi pria itu tampaknya enggan menjelaskan lebih panjang, yang akhirnya Zeze abaikan saja rasa penasarannya. Dan kembali fokus menonton televisi.
Sayangnya.... Zeze lupa bahwa setiap bangun tidur ia selalu membutuhkan bunyi alarm di ponselnya. Alhasil, matanya langsung membelalak lebar ketika melihat angka sembilan pada jam digital di samping televisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT BETWEEN US
HorrorBagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri? "Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia." -Hartati Mayangkusum...