"Udah lama kita gak mampir rumah si Nio." Ucap Bumi dengan senyuman seakan mengatakan 'ayo main rumah nio'.
"Hmm, pulang nanti kalau mau." Jawab sang empu.
"Mau lah. Makanan dirumah Lo kan banyak," saut Drax dengan nasi yang memenuhi mulutnya. Membuat Sakya menendang kaki anak itu karena berbicara sambil mengunyah. Jorok.
"Lagak lo udah kayak orang miskin aja," Martin melempar sebutir pilus pada anak itu. "Padahal kalau lo mau bisa tuh minta bokap lo buat beliin makanan setruk penuh bahkan lebih."
"Kalau ada yang gratis kenapa enggak."
Saat ini jam istirahat sedang berlangsung. Kelima anak yang sedang mengisi perut mereka itupun nampak terduduk pada meja paling pojok. Sudah hak milik sedari mereka kelas satu.
"Sak, gue nanti nebeng Lo pulangnya. Motor gue tadi pagi masuk bengkel gara-gara soang."
"Iya."
Martin menyeruput minumannya. "Gue mau ikutlah sekali-kali."
"Tumben. Biasanya juga paling males kalau ngumpul dirumah kita-kita." Drax menyenderkan punggungnya setelah habis tak tersisa makanan pada piring didepannya itu.
"Ya gapapa, lagi pengen aja."
Nio menatap Martin yang baru saja menjawab sembari tersenyum. Senyum yang menyebalkan. Ia pun kembali fokus pada handphone nya. Bermain game.
•-•
"Tolong jangan kekanakan tuan. Cepatlah selesaikan berkas-berkas yang menumpuk itu. Ini salah tuan sendiri karena tidak pernah datang ke kantor sejak beberapa minggu."
Ken, tangan kanan Zeylan dikantor itu sedang melihat bos nya, Zeylan, yang sedang menelungkup kan kepalanya pada meja. Baik kiri dan kanan terlihat kertas-kertas menumpuk berisi dokumen penting. Entah itu tentang kontrak kerja sama, keuangan, tingkat perusahaan, dan lain sebagainya yang sangat tidak dimengerti oleh Kalyan.
Kalyan mengangkat kepalanya. Diambilnya lagi satu dokumen dan dibacanya. Bahunya merosot luruh, pandangan nya melayu. Walaupun sudah berbekal sedikit ingatan yang diberikan sang pemilik tubuh, tapi tetap saja dia kurang mengerti. Dikatakan mengerti sih ya ngerti, tapi gimana ya bingung juga ia menjelaskan.
"Ken, bantu aku sekali lagi please~"
Ken menggeleng. Jelas menolak. Sudahlah beberapa minggu dia yang diberatkan, dan sekarang? Saat orang yang bersangkutan sudah ada didepan matanya malah ingin meminta bantuannya lagi? Oh tidak bisa. Walaupun ia tangan kanannya, tapi tidak semua hal bisa dapat ia lakukan. Karena terkadang ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat dicampur tangani oleh dirinya.
"Saya akan membuatkan kopi untuk anda supaya lebih segar lagi." Ucapnya.
"Tidak, Ken-"
Tubuhnya kembali berbalik. Melihat pada bosnya yang menatapnya dengan mata terbuka lebar juga tangan yang mengepal diatas.
"-susu."
Ken menaikkan alisnya heran. "Susu, tuan?" Tanyanya untuk memastikan telinganya ini memang jelas mendengar.
Kalyan mengangguk. Dibanding kopi, jelas ia lebih menyukai susu. Dengan itu mungkin nanti otaknya bisa diajak bekerja sama dengan baik. Ia tersenyum lebar dengan mata menyipit, "Iya susu."
Ken mengangguk singkat dengan ragu. Ada apa dengan bos nya itu? Manusia yang selalu menyuruhnya membuatkan secangkir kopi dalam menemaninya bekerja tiba-tiba meminta susu?! Ah aneh. Sejenak ia berpikir bahwa Zeylan dirasuki oleh seorang bocah kecil. Konyol.
"Baiklah, akan saya buatkan s-susu sesuai permintaan anda. Permisi tuan."
"CHOCOLATE MILK PLEASE, KEN!" Kalyan berseru dengan memastikan agar tangan kanannya yang sudah keluar itu dapat mendengarnya. Lupakan soal menjaga image, Kalyan membutuhkan segelas susu supaya pikirannya mencair.
-a y a h-

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬