"Selamat datang kembali, tuan."
Kalyan tersenyum. Vinscho dibelakangnya pun ikut tersenyum tipis dengan menepuk bahu Bima yang sedang membungkuk hormat.
Lantas Bima pun mengikuti langkah keduanya yang menuju ruang tengah. Dimana terdapat si anak tengah yang sedang menonton tv.
"Hello my nephew the future doctor."
Elard menoleh. Terkejut akan kedatangan sosok yang tak pernah terbayang dalam pikirannya. Secara reflek tubuhnya berdiri. Melihat ayahnya yang diam saja dengan pamannya disebelah yang tersenyum dengan uluran tangan tertuju padanya.
Elard tak ingin menjabatnya, tetapi tatapan sang ayah yang seakan menyuruhnya itu entah kenapa malah membuatnya kini saling berjabat tangan dengan sang paman, Vinscho. Hanya sekejap, karena setelahnya Elard melepasnya. Vinscho pun hanya tersenyum melihat itu.
"Duduklah dulu kak. Bima, tolong siapkan minuman." Titah Kalyan. Bima lantas mengangguk dan lekas pergi mengerjai perintah tuannya.
"Ah ya... Dimana Griffin?" Tanya Vinscho pada Elard.
"Mungkin dikamarnya," jawabnya datar.
"Bima, bisa panggilkan Griffin untuk saya? Rasanya sudah lama sekali tidak berbicara dengan anak itu. Apalagi wisudanya sebentar lagi. Mungkin saat anak itu terlepas, dia ingin berbisnis bersama dengan saya."
Bima yang sudah meletakkan secangkir minuman pada meja mengangguk. Dengan sebuah nampan yang dipegangnya, ia pamit untuk memanggil salah satu tuannya itu.
Kalyan yang melihat Vinscho tersenyum tipis pada anak tengahnya itu mengedikkan bahunya. Mungkin dia bisa pergi sekarang. Tidak apa kan meninggalkan kakaknya itu dengan anaknya? Jadi ada yang menemaninya mengobrol.
"Kak," Vinscho melihat Zeylan, begitupun Elard yang sedikit mencuri pandang. "Aku mau ke kantor, ada sedikit urusan disana."
"Baru saja pulang tapi mau pergi lagi?"
"Ahh ya El? Maaf ayah tidak mendengar kamu berbicara apa. Suara tv nya keras, jadi bisa di ulangi?"
Bukan salah Kalyan dia berbicara begitu. Salahkan saja volume tv ini yang sangat kencang. Mana pas anaknya itu ngomong pas-pasan sekali dengan teriakan di tv. Elard pun salah, ngomongnya pelan sih.
Elard menatap sekilas ayahnya. Lalu kembali melihat pada layar lebar yang menampilkan adegan action penembakan. "Enggak."
Kalyan meringis. Terserah deh, anaknya urusan nanti saja. Lagian dikantor ada yang lebih penting. Kalau dia tidak datang, bisa-bisa Ken si tangan kanannya itu mungkin akan mendatanginya lalu menyeretnya dengan kejam. Sebelum itu terjadi lebih baik dia saja yang suka rela beranjak menuju perusahaan besar itu.
Saat ia berdiri dan ingin beranjak pergi, tangannya dicekal. Tanpa disebut pun harusnya kalian sudah mengetahui itu siapa.
"Dik, apa begini cara kamu memperlakukan tamu yang baru saja datang?"
Apasih?!!
Kalyan mendengus. Manusia satu ini mau buat dia kesel lagi apa gimana?!
"Aku mau ke kantor, ada urusan. Lagian kakak disini juga sama anak-anak aku. Mereka yang bakal nemenin kakak mumpung belum pada pergi kuliah," ucapnya. "Kalau kedua anak aku sudah pergi kuliah, tolong kakak pergi juga ya. Sepertinya aku bakal pulang sore atau malam." Lanjutnya dengan nada halus penuh pengusiran.
Langkah kaki yang menuruni tangga tampak terdengar. Muncullah anak pertamanya yang datang dengan ekspresi tanpa kehidupan itu. Sang penyelamat yang dikirim tuhan.
Kalyan tersenyum. Griffin meliriknya, tapi ia acuh. Saat sudah dekat buru-buru Kalyan melepaskan cekalan yang masih memeganginya itu. Ia menarik tangan Griffin, membuat pria itu sedikit terkejut.
"Nah..." Kalyan menunjuk Griffin dengan tangan terbuka. Ia tersenyum. Menatap Griffin, Elard juga Vinscho dengan bergantian. "Ayo ayo silahkan mengobrol dengan nyaman. Singa– ah maksud ayah Griffin, katanya pamanmu itu ada yang mau diobrolin."
Kalyan pun mendorong-dorong Griffin agar duduk didekat kakaknya itu. Mau tak mau, terpaksa ataupun tidak, nyatanya Griffin kini sudah duduk dekat Vinscho, pamannya. Ia masih diam saja, begitupun Elard yang hanya menonton.
"Kenapa pada diam? Gak usah malu-malu, ayo ngobrol."
"Zeylan, saya belum selesai bicara dengan kamu—"
"Okeee sampai jumpa!!! Senang-senang ya!" Tak ingin basa basi, dengan kecepatan super Kalyan pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan keheningan diruang tengah juga helaan nafas Vinscho yang kini mendatarkan wajahnya. Beruntunglah Kalyan sebelum pulang memakai kemeja dengan celana formal panjang, jadi tak perlu repot-repot untuk menggantinya.
Sampai jumpa manusia datar. Kalyan mau sok menyibukkan dirinya sendiri dikantor. Berbekal ingatan dari om Zeylan mengenai perusahaan. Berdoa saja ia tak akan mengacaukan nya nanti.
—a y a h—

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬