- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Aji keluar dari kamarnya dengan perasaan tak menentu usai melihat pocong di samping rumah orangtua Amira. Ia terus saja diam sambil memakai sepatunya, sehingga tak menyadari kalau Rositi kini telah mendekat ke arahnya.
"Sudah mau berangkat kerja, Nak?" tanya Rositi.
Aji pun menoleh dan menatap tepat pada wajah Ibunya. Ia pun berusaha tersenyum, untuk menutupi perasaan gelisahnya.
"Iya, Bu. Aku sudah mau berangkat. Mau antri dulu beli pertamax di Pertamina, soalnya," jawab Aji.
Rositi pun mengusap pelan pundak Aji seraya tersenyum, lalu beranjak menuju pintu dan membuka kuncinya. Aji mengekori langkah Ibunya setelah memakai sepatu. Ponsel ia masukan ke dalam saku celana, agar memudahkan dirinya mengangkat telepon ketika ada yang menghubungi. Rositi mengantar Aji sampai ke halaman depan. Aji langsung menaiki motor setelah mencium punggung tangan dan berpamitan pada Ibunya. Rositi sendiri kini keluar dari pagar rumah untuk menyapa Rusna yang baru terlihat. Rusna tampak sedang fokus memerhatikan para buruh bangunan yang bekerja, ketika Rositi berjalan mendekat padanya.
"Apa kabar, Bu Rusna? Ke mana saja selama dua minggu? Kenapa baru kelihatan hari ini?" tanya Rositi, seraya mencium pipi kanan dan kiri Rusna seperti biasanya.
Penampilan Rusna tak lagi sama dengan penampilannya yang dulu. Pakaiannya terlihat mewah dilengkapi dengan perhiasan yang begitu mencolok. Aji menatapnya selama beberapa saat, kemudian tersenyum ramah ketika tatapan Rusna tertuju ke arahnya. Ia jelas tidak ingin dianggap sama saja dengan Patmi, yang selalu menilai seseorang dari penampilan semata. Bagja terlihat keluar dari sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat jalan masuk rumahnya. Aji menatapnya sekilas sambil memakai helm.
"Kabar saya dan keluarga baik-baik saja, Bu Ros. Selama dua minggu kemarin kami pulang kampung sambil mengurus tanah milik kami yang akhirnya dibeli oleh seorang kontraktor. Katanya, sih, tanah kami yang luas itu mau dijadikan perumahan. Jadinya dibeli secara keseluruhan agar perumahan itu bisa terbangun maksimal," jelas Rusna.
Aji sempat mendengar jawaban Rusna, namun ia tidak terlalu ingin menanggapi dan memutuskan segera pergi bekerja. Bagja mendekat pada Rusna dan ikut menyapa Rositi.
"Bu Ros, apa kabar?" tanya Bagja.
"Alhamdulillah baik, Pak Bagja. Oh ya, di mana Amira? Kenapa Nak Amira sama sekali tidak kelihatan sejak tadi?" Rositi bertanya balik.
"Amira masih ingin berlibur di kampung, Bu Ros. Amira masih rindu pada Bibi, Paman, dan para sepupunya. Dia pasti akan kembali ke sini kalau rumah kami sudah selesai dibangun," jawab Rusna.
"Dibangun? Oh ... rumahnya dibangun ulang, Bu Rusna? Saya pikir hanya direnovasi. Pantas saja ada banyak sekali pekerja yang mengerjakannya."
"Iya, Bu Ros. Kami sengaja membangun ulang, biar tidak salah-salah saat nanti kami tempati. Sementara ini, kami akan tinggal di hotel sampai pembangunan rumah ini benar-benar rampung," jelas Bagja.
Setelah berbincang cukup lama, Rositi pun kembali ke rumahnya. Patmi terlihat terus mencoba mengintip ke arah rumah milik Bagja, seakan tak percaya kalau sekarang rumah kecil dan reyot itu sedang dibangun. Patmi tampaknya akan memulai desas-desus dengan beberapa Ibu-ibu tetangga yang rumahnya masih ada di sekitaran situ. Hal itu membuat Rositi segera menyampaikan di grup WhatsApp yang dipimpin oleh Titi--Istri Pak RT--tentang apa saja yang tadi disampaikan oleh Rusna dan Bagja. Dengan begitu, Patmi tidak akan bisa menggosipkan Rusna dan Bagja sebagaimana yang biasa dia lakukan.
Marwan tampak baru saja selesai berkebun, ketika Rositi masuk ke dalam rumah. Ia segera mengambil pakaian kotor yang Marwan simpan di keranjang dekat mesin cuci, lalu membiarkan Marwan mandi sebelum waktu dzuhur tiba. Rositi segera mencuci pakaian-pakaian kotor, lalu kembali ke dapur untuk memanaskan makanan yang akan disajikan ketika waktu makan siang tiba nanti.
Usai mandi, Marwan berjalan menuju dapur untuk melihat keberadaan istrinya. Rositi tersenyum ke arah Marwan saat sedang menyajikan telur balado ke atas mangkuk saji.
"Tadi Ibu dari mana?" tanya Marwan, sangat lembut.
"Ibu dari rumah seberang, Yah. Menyapa sekaligus ngobrol dengan Bu Rusna dan Pak Bagja. Kebetulan saat Ibu mengantar Aji keluar, Bu Rusna ada di pinggir jalan dan sedang memantau para buruh bangunan yang sedang bekerja. Ibu menyapa dan tanya kabar, setelah itu Pak Bagja mendekat dan ikut mengobrol," jawab Rositi, apa adanya.
Marwan kini membantu Rositi membawa makanan yang sudah siap disajikan ke meja makan. Pria paruh baya itu tidak pernah membiarkan Rositi mengerjakan semuanya sendiri, karena tidak ingin Rositi terlalu kelelahan. Ia mengatur piring-piring saji itu di atas meja makan bersama Rositi. Setelah selesai, ia duduk dan kembali menatap istrinya.
"Lalu, apa saja yang diobrolkan tadi bersama Bu Rusna dan Pak Bagja?" Marwan kembali bertanya.
"Kata Bu Rusna, dia baru kembali dari kampung halamannya. Di sana mereka mengurus penjualan tanah yang mereka miliki, dan katanya tanah itu dibeli oleh seorang kontraktor yang akan membangun perumahan. Jadi sekarang, rumah mereka di depan sana itu sedang dibangun ulang, bukan sekedar renovasi biasa. Maka dari itulah ada banyak buruh bangunan yang dipanggil oleh Pak Bagja, agar pembangunannya cepat rampung. Saat Ibu tanya di mana Amira, mereka bilang Amira masih ingin berlama-lama tinggal di kampung. Masih rindu pada Bibi, Paman, dan para sepupunya. Amira masih senang berlibur di sana, karena tahu bahwa rumahnya saat ini sedang dibangun ulang."
Marwan pun hanya mengangguk-anggukkan kepala. Ia sama sekali tidak memberi tanggapan ataupun mengomentari cerita yang Rositi dengar dari Rusna dan Bagja. Rositi segera pergi ke tempat mencuci, sementara Marwan kini mendekat ke jendela depan untuk melihat rumah milik Bagja yang sedang dibangun. Benar-benar banyak buruh bangunan yang bekerja di sana, persis seperti yang tadi pagi Aji katakan saat sedang sarapan.
Keberadaan Bagja dan Rusna tidak lagi terlihat. Hanya ada mobil mewah yang tampaknya masih sangat baru, yang terlihat oleh Marwan. Saat Marwan hendak berbalik untuk menyusul Rositi ke tempat mencuci, langkahnya mendadak terhenti ketika tak sengaja melihat keberadaan pocong yang sedang duduk di atap rumah Bagja, padahal atap rumah itu sedang dibongkar oleh para buruh bangunan. Ia menatapnya begitu lama, sebelum akhirnya pocong itu menghilang ketika seorang buruh kembali naik ke atap tersebut. Perasaan Marwan langsung tidak enak. Ia belum tahu mengapa bisa ada pocong yang muncul di rumah milik Bagja. Namun firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
"Ada yang tidak beres. Akan ada hal buruk yang terjadi di desa ini. Aku harus memperingatkan Didin sesegera mungkin," batin Marwan.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA
(bagi yang menjalankan 🥰🙏🏻)

KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong Pesugihan
Horror[COMPLETED] Rumah kecil itu mendadak dibangun menjadi sangat mewah. Penghuninya juga tidak lagi terlihat sederhana seperti dulu. Semuanya berubah. Mulai dari pakaian, aksesoris, alas kaki, dan bahkan memiliki mobil keluaran terbaru. Di tubuh mereka...