Sepanjang sore itu, Zeze tak lagi bisa berkonsentrasi. Hampir tiap jam Zeze selalu menghubungi Mama Tati dan juga Mas Aby untuk menanyakan kondisi mamanya. Tapi sampai saat ini belum ada perkembangan signifikan yang berarti.
Hal itu tentu membuat post campaign report-nya menjadi tertunda hingga ia harus lembur sampai pukul delapan malam. Beberapa ruangan aquarium lain sudah tampak gelap tanda para karyawan sudah pulang. Hanya tinggal dirinya, Rico dan Mas Dimas yang saat ini sedang membantu mengedit video untuk diunggah besok.
Zeze melepas headsetnya. Ia melenguhkan pinggangnya yang pegal dan kepala yang sedikit pusing akibat banyaknya yang ia pikirkan.
Rasanya saat ini ia ingin menyusul Mas Aby ke Sidoarjo. Masa kakaknya tidak bisa meminta izin pada Gavin barang sehari dua hari?
Tentu saja tidak bisa. Memangnya dia siapa? Isi kepalanya mendebat.
Mbak Hanif
Ze, udah makan?Satu pesan dari Mbak Hanif diterimanya. Kemudian masuk lagi pop up berikutnya.
Mbak Hanif
Mbak hari ini ada jaga malam. Kamu mau nginap di rumah Mbak nggak? Tapi kuncinya ada sama Mbak, kamu mampir rumah sakit dulu ya.Untuk mencapai rumah sakit tempat Mbak Hanif bekerja, ia harus melewati kemacetan di tengah hujan sederas ini. Hanya membayangkannya saja ia sudah menghembuskan napas panjang. Zeze kemudian membalas…
Zeze
Makasih Mbak, aku pulang aja nggak apa-apa, bisa tidur sendiri kok. Paling nanti tidur di kamar Mas Aby. Sebelum pulang nanti aku mau beli makan di depan komplek :)Namun petir di luar jendela tampak begitu menyala-nyala. Hujan deras yang sedari sore turun, belum juga ada tanda-tanda mau berhenti. Apa nyusul Mbak Hanif aja ya ke rumah sakit? Tapi ia harus melewati kawasan rawan banjir dan macet yang pasti bikin dirinya terjebak lebih lama di jalan.
Ah, pulang saja lah! Ia terlalu kacau untuk merasakan takut sekarang. Persetan iblis demit!
"Bang Ric, Mas Dim, gue balik duluan ya. Kalian masih lama?"
"Paling setengah jam lagi. Pulang aja dulu, Ze," sahut Rico.
"Duluan aja, kita bentar lagi juga balik kok," tandas Mas Dimas.
Zeze kemudian pamit lebih dulu.
Perasaannya memang sudah buruk sejak ia menerima kabar dari Mas Aby tadi siang. Dan kini semakin memburuk mengingat ia benar-benar merasa sendirian di malam hari saat turun menuju basement.
Suasana memang sangat sepi. Hanya terdengar suara denting pintu lift yang terbuka saat ini. Bahkan bunyi hujan deras di luar sana terasa begitu samar di telinga. Ia melangkah perlahan menuju mobilnya terparkir. Mungkin lain kali ia harus memarkir di dekat pintu keluar saja alih-alih berada di pojokan seperti ini. Terasa gelap dan... apa itu!!
Zeze menoleh ke kiri. Seperti ada yang baru saja melewatinya dengan kecepatan tinggi.
Oke…
Tenang…
Tapi sayangnya jantungnya tidak bisa berbohong. Tangannya mulai gemetaran. Dan keringat dingin mulai keluar. Ia buru-buru membuka resleting tas Prada-nya. Mengambil ponsel dan cepat-cepat mencari kontak Aby.
"Halo... Mas...," ucapnya ketika deringan pertama diangkat.
"Hanif bilang kamu mau pulang aja? Kamu serius?" tanyanya to the point.
"Hujan deras banget, Mas," jelasnya terbata-bata. Ia tampak sulit berkonsentrasi melihat situasi basement yang benar-benar remang dan sepi. "Aku takut kejebak banjir di Kelapa Gading."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT BETWEEN US
HorrorBagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri? "Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia." -Hartati Mayangkusum...