[02] Anak Baru

593 118 8
                                    

Suara tepukan tangan Dimas terdengar membuyarkan fokus sebagian orang dalam aquarium kaca divisi marketing. Pria berusia akhir tiga puluhan dan berambut ikal setelinga itu dengan santai menarik kertas di belakang kursi beberapa karyawan yang bertuliskan :

‘SEDANG MENCARI INSPIRASI KONTEN, BUKAN MAIN SOSMED!’

"MAKAN SIANG WOY! AYO AYO! LAMBUNG MINTA DIMANJAIN NIH!" teriaknya menggema di keheningan ruangan.

Beberapa karyawan di sana melepas kacamatanya, melepas headset, serta melakukan peregangan otot sebelum keluar pintu kaca.

Pasalnya, divisi marketing perusahaan unicorn GEA (Global Evolution Apps) saat ini sedang digencar beberapa produk start up baru. Budaya kerja fast-paced dan high pressure ini memang menargetkan karyawan yang ambisius, kreatif serta inovatif. Sehingga sistem hustle kebanyakan membuat para karyawan mengabaikan keseimbangan kerja dan hidup. Maka di sinilah tugas Dimas, selain menjabat sebagai Manager Marketing, ia juga menjabat sebagai tukang obrak-obrak para juniornya agar menjalani hidup yang sehat.

"Makan di mana Mas Dim?" Didi, SEO and Ads Analyst yang bertugas mengurus iklan digital itu memutar kursinya menghadap Dimas yang kini bersandar di samping kubikelnya.

"Kantin aja lah, males keluar gue, ujan gini," keluhnya memandang keluar jendela kaca dari lantai enam kantor.

"Lah, kirain dibawain bini bekel lagi. Padahal udah mau gue kontenin tuh," gurau Rico, tim desain dan videografer. "Mantap biniku!" serunya menirukan tagline seorang influencer tiktok.

"Hehe, lagi ngambek dia," keluhnya. "Semalam kan ceritanya gue ulang tahun!" tuturnya menggebu yang seperti biasa—too much information. "Gue pura-pura kaget tuh biar bini gue seneng, masa kata dia akting gue jelek. Ngambek dah." Ia menggeleng pelan.

Terlihat beberapa karyawan saling melirik. Padahal mereka juga mau bikin kejutan yang sama, malah manajernya ini sudah membahasnya duluan. Ada gerak canggung yang membuat beberapa karyawan tertawa sumbang.

"Eh, hari ini Mas Dim ulang tahun?" tanya Mona, tim influencer relations. Tampak sekali ia berusaha menyelamatkan keadaan.

"Nggak usah pura-pura! Lagu lama, lo semua udah nyiapin kue, kan? Ngaku nggak?" tunjuk Dimas pada para bawahannya.

Rico lah yang pertama nyengir sambil garuk-garuk kepala. Di samping kubikelnya ada Amanda, tim content and social media yang tersenyum lembut memperhatikan salah tingkahnya anak-anak marketing.

"Udah, keluarin aja sekarang, kita rayain di kantin," lanjut Dimas enteng.

"Kayak gini gimana bini lo nggak ngambek Mas Dim," kekeh Amanda. “Lo-nya anti klimaks gini!”

"Tiap ulang tahun begitu mulu, gimana nggak ketebak. Sama kayak kalian begini nih," kekehnya jumawa menertawakan bawahannya yang gagal memberi surprise.

"Ah, nggak seru lo, Mas!" keluh Didi.

"Gue tahu apa yang bikin seru!" Dimas menunjukkan id card-nya. Id card GEA merupakan kartu multifungsi, selain untuk akses masuk gedung, kartu tersebut bisa digunakan untuk membayar makan di kantin ataupun untuk membeli kopi di cafe kantor. Setiap karyawan akan mendapatkan jatah makan siang menggunakan kartu tersebut. Tapi apabila sudah mencapai limit batas dari perusahaan, mereka harus melakukan top up sendiri. "Makan siang hari ini pakai card gue!!" tuturnya bernada.

Seketika mereka kompak berseru.

"Nah itu!!" Rico melonjak dari kursinya.

"Mas Dim mah emang paling tahu isi otak anak kostan!" Mona buru-buru mengambil ponselnya dan bersiap.

THE NIGHT BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang