Bagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri?
"Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia."
-Hartati Mayangkusum...
Zeze mengerjap. Ia mengedarkan pandangan, mencoba melebarkan kelopak matanya berharap menemukan setitik cahaya walaupun hasilnya percuma. Gelap gulita. Tidak ada sedikitpun celah penerangan yang muncul bahkan dari sela-sela pintu.
Tubuhnya yang basah mulai gemetaran bersamaan dengan detak jantung yang perlahan memompa hebat. Tangannya meraba keran shower dan mematikannya. Ia mulai menggigil saat ingatannya kembali pada situasi-situasi menegangkan yang pernah dialaminya di apartemen.
Ia takut….
Kepalanya ia usahakan untuk selalu melihat seluruh ruangan kecil itu. Tidak ada apa-apa. Tidak akan ada apa-apa. Ia tidak akan pingsan lagi di kamar mandi. Ia tidak akan melihat makhluk-makhluk itu lagi.
Tapi sakit di kepalanya tiba-tiba menyerang. Matanya mulai berkunang-kunang. Dan sesak di dadanya terasa begitu menekan.
Tidak… ia tidak akan pingsan! Zeze berusaha sadar dari serangan paniknya.
Baju yang ia siapkan di gantungan cepat-cepat dipakainya tanpa menggunakan handuknya terlebih dahulu.
Lalu suara kilat menyambar!
"Maaasss!!!" teriaknya seketika.
Dadanya memanas, rasa takut yang luar bisa itu membuat kepalanya terasa berputar.
"MAASSS! MAS ABYYYY...!" Tidak ada sahutan dari sang kakak.
Ia lantas membuka pintu kamar mandi dan buru-buru keluar. Rumah kakaknya ini memang cukup besar untuk dihuni dua manusia. Sementara letak kamarnya berada di lantai atas dan kamar Aby di lantai bawah.
"MAASSS.... LAMPU MATI YA?!" suaranya ia usahakan terdengar tenang saat menuruni anak tangga.
"Eh? Tapi listrik tetangga kok nyala?" tanyanya lebih kepada diri sendiri saat membuka pintu depan. Ia merasa sedikit bisa bernapas lega ketika melihat cahaya di luar sana.
"Apa rumah kita aja ya yang konslet?" Usahanya untuk berbicara kepada diri sendiri merupakan upaya pengalihan dari rasa takut yang masih tersisa.
"Loh... Mas Aby belum pulang?!" Ia tidak melihat mobil Aby di carport.
Lalu pada saat Zeze hendak memeriksa panel listrik di garasi, tiba-tiba suara ledakan kencang mengejutkannya. Ia seketika berteriak dan jatuh terduduk di waktu yang sama. Dadanya terasa kembali panas diikuti detakan jantung yang bertalu lebih kencang dari sebelumnya. Dan handuk yang tersampir di pundaknya… kini sudah tergeletak di antara confetty warna-warni.
"SURPRISE....!!" Kemudian lampu menyala.
SIALAN!!! ANJ***!!! BANGS***!!!
Ia sudah bisa menebak ide siapa ini. Tentu saja seseorang yang sedang memukuli kepalanya menggunakan ujung balon berbentuk angka dua itu. Suara tawanya bahkan terdengar sangat-sangat menyebalkan!
Demi apapun, ia sudah menangis sekarang.
“MAS…!!! KALAU NGASIH SURPRISE BISA NGGAK USAH BIKIN SERANGAN JANTUNG, NGGAK?!” teriaknya frustasi diiringi suara tangis.
Rasanya Zeze ingin sekali menjambak rambut kakaknya yang semakin tertawa puas itu!
"Happy birthday, Zeze! Adekku sayang!" Mbak Hanif, pacar Mas Aby memeluknya sembari tersenyum iba. "Maaf ya bikin kaget, Masmu emang susah dibilangin," bujuknya sambil mengelus dada Zeze agar detak jantungnya lebih rileks.
"Lagian, penakut!" olok Aby terkekeh, masih sambil merekam video di ponselnya.
Bagus, ia sudah bisa membayangkan caption dari story instagram kakaknya.
"Ayo tiup lilinnya dulu, Ze!" seru Mbak Hanif saat menyodorkan kue ulang tahun yang begitu cantik dengan ornamen bunga daisy berwarna biru, dimana terselip ucapan selamat ulang tahun di tengah-tengahnya.
Sambil menghapus jejak air mata, Zeze meniup setiap lilinnya.
"Hayuh, ada dua puluh tiga lilin tuh. Tiup terooss, sampe mpot-mpotan tuh pipi," ketawa Mas Aby masih belum berhenti. Dan kurang ajarnya, Zeze baru tahu kalau lilin yang ditiupnya itu adalah jenis lilin yang memang susah dipadamkan. Ayolah, harusnya ia tidak kaget dengan kejahilan kakaknya yang totalitas itu.
Zeze tidak hilang akal, ia mengambil semua batang lilinnya lalu diarahkan ke badan Aby. “Sini Mas, bajumu biar ada seninya aku bolongin pakai lilin!”
"Heh, bocah!" Aby menghindar kaget saat Zeze menodongkan tangannya yang penuh lilin. Lalu melarikan diri keluar dari carport. “Ze, ujan, Ze! Masuk angin ini ntar!”
“Bodo! Masuk angin masih bisa dikasih tolak angin ya. Kalau Mas bikin aku stres ya harus dilampiaskan, biar nggak masuk RSJ!” omelnya sambil mengejar.
"Hedalah! Beb, tolongin, Beb!" teriak Aby pada Hanif. Masih terjadi adegan kejar mengejar di luar sana.
Namun Hanif malah terkekeh dan menggeleng pelan. Dokter cantik yang saat ini mengambil spesialis anestesiologi itu masuk ke dalam rumah meninggalkan kelakuan ajaib kakak beradik itu untuk menyiapkan piring dan garpu.
Tanpa mereka sadari, di atas mereka, tampak jendela kamar Zeze membuka dan menutup perlahan dengan sendirinya.
===
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halloww….
Akhirnya ketemu lagi di wp, setelah perjuangan mengembalikan email akun 😂
Ini kisah anaknya Rara-Wisnu dari cerita Indigo's Love. Buat yg udah baca Geger Pecinan, aku juga sempat spill karakternya di sana.
Trope cerita kali ini : horror romance, office romance, married life, backstreet, marrying my brother's best friend. Paket lengkap dah tuh…