Akasia Fumiko, Aktris yang membintangi Film The Miracle Of A Saintess sebagai Karakter Antagonis, Akasia Rosalie Amber. Putri Raja yang tidak diinginkan Rakyatnya dan bahkan Ayahnya sendiri.
Kesialan menimpanya ketika tahu Ia tidak hanya sekedar mem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika Ia hidup sebagai Akasia Fumiko, Ia sangat terobsesi dengan segala bentuk Ilmu Medis dan bahkan mimpinya sejak kecil adalah menjadi seorang Dokter.
Namun Ibunya tak menyukai itu.
"Lagi-lagi kau membuang waktu!?"
"Aku sudah membakar semua buku tidak berguna itu!"
"Cepat pelajari semua naskahnya, jangan membuatku kesal!"
"Anak tidak berguna!! Aku menyesal melahirkan mu."
Lontaran kata-kata menyakitkan itu berulang-ulang terdengar di kepalanya memperparah luka-luka yang selama ini coba Ia tutupi.
Dia terus-menerus memaksanya untuk melakukan semua keinginannya untuk menjadi seorang Aktris. Tidak peduli pada kesehatan tubuhnya atau pun mentalnya.
Mimpi nya yang begitu Ia inginkan harus terkubur dalam-dalam demi menjadi apa yang diharapkan sang Ibu.
Tapi Akasia masih tetap seringkali diam-diam mempelajari ilmu Medis itu tanpa sepengatahuan Ibunya dan Ia benar-benar bersyukur pernah mempelajari nya.
Karena dengan itu, mudah baginya mengindentifikasi wabah apa yang sedang merajalela di Forresaina. Dan sedikitnya Ia menemukan cara untuk membantu kesembuhan mereka.
Akasia mencatat hasil dari pemeriksaan secara menyeluruh pada tubuh Lily, Anak berusia sembilan tahun yang menjadi Pasien pertamanya.
"Lily, kau tidak perlu khawatir. Aku akan merawat mu hingga sembuh." Akasia tersenyum manis pada Lily yang sedari tadi memperhatikan apa yang dilakukannya.
"T-terima kasih," Lily menunduk saat mengatakannya merasa malu.
Akasia mengepalkan tangan padanya, seolah menunjukkan jika semua semangat nya terkumpul di sana. "Semangat Lily! Tunjukkan senyum manis mu pada Ibu dan Ayah mu, mereka merindukan itu."
Lily memperhatikan itu, merasa kalau perkataan Akasia serta senyumannya menunjukkan padanya kalau Ia tidak boleh menyerah dengan semua rasa sakit pada tubuhnya.
Perlahan senyuman itu terbentuk di bibir pucat nya, Lily mengangguk perlahan.
Akasia melihat itu turut tersenyum. "Lily, lihatlah kau sangat cantik jika tersenyum seperti ini."
"Jadi, berjanjilah padaku untuk terus tersenyum!" Akasia mengulurkan jari kelingking padanya pada Lily.
Lily melihat itu dengan ragu tak kunjung menyambut uluran tangan itu.
"Kenapa?" Tanya Akasia bingung.
"A-aku tidak ingin menularkan penyakit ini padamu." Ujarnya sedih.
Akasia mengernyitkan dahi. "Menular? Siapa yang mengatakan itu padamu?"
Lily semakin tertunduk dalam, tidak berani menjawab ataupun menatap Akasia.
Perlahan Akasia meraih tangan kurus itu dan mengaitkan jari kelingking dengannya. "Lily, jangan dengarkan orang-orang yang berbicara buruk tentangmu."