BAD ROMANCE II

13.7K 557 97
                                        

Selamat Membaca ♡

Buat kalian yang rajin vote dan komen 🫰🏻

• • • • • • •

Sepertinya keadaan di kediaman keluarga Aldrich pada pagi ini terlihat biasa-biasa saja, tanpa lagi memikirkan kekacauan yang dilakukan Jovan semalam.

Mengenai Jovan, tadi malam lelaki itu hanya diam saat diseret keluar oleh dua bodyguard atas perintah Henry. Dia tak mengamuk atau memberontak, menciptakan keanehan mengingat seberapa brutalnya lelaki itu.

Orang emosian seperti dia seharusnya mengamuk saat diseret seperti itu, apalagi dalam keadaan mabuk. Namun entah apa yang terjadi padanya setelah Jovan melihat Cyra pada malam tadi. Ia hanya terdiam, namun ada senyuman miring di bibirnya.

Gila kah?

Beralih ke Cyra. Gadis yang dua hari lagi menginjakkan kakinya di kampus sebagai mahasiswi baru itu sedang berada di taman bunga mawar milik Alina yang terletak di halaman belakang.

Tentunya dia di sana bersama sang pemilik taman. Sesuai janji Alina semalam yang akan mengajak Cyra melihat taman bunganya, selepas mereka mengelilingi kediaman mewah ini.

"Boleh Mami tau alasan kamu ambil jurusan DKV, sayang? Soalnya di awal Mami pikir kamu bakal ambil semacam jurusan kedokteran atau manajemen bisnis ngikutin Papa kamu." Alina menoleh singkat ke arah Cyra yang sedang menyirami bunga mawar bersamanya.

Senyuman tipis terpatri di bibir Cyra, menghentikan sejenak kegiatannya menyirami bunga mawar. "Aku awalnya juga nggak kepikiran mau ambil jurusan DKV, Mam. Aku dulu sama kayak kebanyakan orang yang pastinya kepengen ambil jurusan kedokteran seperti apa yang Mami bilang," jawabnya lembut menciptakan kerutan di kening Alina, pertanda bila wanita cantik itu kebingungan.

"Semuanya diawali dari dua tahun yang lalu, Mami. Waktu itu aku pertama kali ngeliat Papa main game. Game itu namanya Zuma Deluxe yang iconnya gambar kodok. Kodok Zuma." Cyra terkekeh singkat. "Papa nyebutnya game kodok." Kini giliran Alina yang melontarkan kekehannya, merasa lucu.

"Gamenya gampang dimainin, sampai aku bilang kalau game itu kayaknya emang khusus dibuat untuk orang tua dan anak-anak," lanjutnya.

"Papa main game Zuma biasanya kalau lagi waktu senggang, ngehilangin penat dari pekerjaan. Papa bisa nunjukin segala ekspresi kalau lagi main game. Kalau kalah, Papa bakal ngomel-ngomel nggak jelas nyalahin permainannya sampai aku ketawa sendiri ngeliatinnya. Soalnya Papa lucu banget. Tapi Papa bakal happy banget bahkan sampai teriak Yes kayak anak kecil kalau menang."

Cyra tertawa pelan mengingat momen tersebut, membuat Alina ikutan tertawa.

"Tentu aku seneng ngeliatin Papa seperti itu, nggak stres atau kecapean gara-gara pekerjaan. Seenggaknya ada hiburan untuk Papa di umur segitu. Dan secara nggak langsung game itu bisa nyenengin Papa atau tempat pelampiasan rasa capek."

"Lalu dari situ aku tiba-tiba kepikiran. Seandainya aja aku juga bisa ciptain game kayak gitu yang bisa bikin pikiran Papa fresh tanpa mikirin segala beban."

"Aku pengen bikin game yang emang khusus dimainin sama orang tua terutama lansia. Aku pengen mereka juga ngerasain seperti apa yang Papa aku rasain dan anak mereka juga bisa ikutan terhibur ngeliat orang tua mereka main game dengan segala ekspresi yang ditunjukkan."

"Dari situ aku langsung punya impian sendiri, kalau kelak aku bakal ciptain game khusus orang tua yang selain menghibur ada manfaat lainnya juga. Seperti game puzzle, bingo, sudoku atau teka-teki silang yang bisa melatih kemampuan otak lansia. Karena nggak sedikit juga lansia memiliki resiko masalah kesehatan otak dan mental, seperti demensia, penyakit pikun dan depresi."

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang