part ini halal kok, bisa dibaca kalau lagi puasa cuma judulnya aja emg agak hehehe
disensor soalnya takut kena banned, wattpad ini sensian bgt dah, udah tua sih😞
jangan lupa vote yaaaa!!
o0o
"Aku udah di depan kamu, masa gak dipeluk?"
"Ah ... nyebelin!" Sambil bersungut-sungut dan membuka selimut yang sejak tadi menyembunyikannya, Izora langsung loncat ke gendongan Azra dan mengecup seluruh wajah pria itu sebanyak-banyaknya. Menyalurkan rindu yang hampir 5 bulan tidak bertemu dan 3 hari tidak bertatapan via telepon.
"Kok pinter banget sih nyuap aku kayak gini? Kamu pikir aku bakal bisa tetep marah kalau kamu udah effort pulang begini?"
Azra tertawa, dia membawa Izora yang masih digendongannya duduk di kasur. "Kamu juga mikir gak kalau aku gak bisa tenang pas kamu kirimin foto di club dan diemin aku selama tiga hari?"
"Oh ... Ternyata, kalau mau buat seorang Naka pulang harus dipancing kayak gitu, ya? Oke, nanti kalau aku kangen, bakal gitu lagi— ah, sakit!"
Azra menjauhkan bibirnya yang baru saja menggigit pipi Izora. "Jangan ngada-ngada. Kamu pikir Jepang itu deket? Aku aja bisa ke sini karena kebetulan lagi libur dua hari di sana."
Izora nyengir. Jempolnya bergerak mengelus rahang Azra dengan lembut. "Tangan aku sama wajah kamu, jadi putihan wajah kamu," ucap Izora tiba-tiba. "Kamu pake skincare?"
Azra mengangguk. "Iya, direkomendasiin Lili— ets, jangan ngamuk dulu. Cuaca di sana kan gak kayak di sini, bayangin kalau wajah aku gak pakai apa-apa, yang ada kering banget lagi."
"Dih, langsung klarifikasi. Orang nanya doang juga." Izora kembali membandingkan tangannya dengan wajah Azra. "Aku jadi hitam ..."
Ciri khas para wanita sekali sampai Azra menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Izora melakukan hal itu di beberapa menit pertemuan mereka. "Wajahnya tetep putihan kamu lagii. Lagian, hitam ataupun putih, kamu tetep paling cantik."
"Halah, gombal terus— eh, bentar, Meysi mana?" Izora buru-buru turun dari pangkuan Azra dan menemukan Meysi yang ternyata tengah menangis di pojok kamar.
Lagi-lagi, sambil menutup mulutnya.
Membuatnya seperti anak yang baru disiksa orangtuanya.
Saking menyedihkannya gambaran Meysi sekarang.
"Ya ampun, anak aku kenapa lagiii? Naka, Naka, ini liat deh, dia kalau nangis jadi sering kayak gitu gayanya." Azra dan Izora mendekat membuat air mata Meysi jatuh lebih banyak.
Tanpa banyak bertanya kenapa atau ini itu seperti Izora biasanya, Azra langsung berjongkok dan membawa Meysi ke pelukannya.
"Ayah lupa peluk dan nyapa putri Ayah, ya? Aduh, maaf-maaf." Azra sudah bisa langsung menebak alasan Meysi menangis kali ini. Tadi begitu datang, Azra langsung menerobos masuk ke kamar dan fokus pada Izora saja. Azra melirik Meysi dan melepaskan tangan yang menutupi mulutnya dan seketika, telinganya langsung berdengung karena Meysi menangis tepat di sebelah telinganya.
"Ayah sudah tidak sayan—"
"Nggak, Ayah sayang banget dong sama Meysi. Maaf, tadi Ayah kesenengan karena lihat Bunda. Tadi 'kan Bunda masih marah sama Ayah, Mey ..."
"Huuu! Gitu aja cemburu, jelek bangeeet!" ejek Izora dengan sengaja membuat Meysi semakin menangis. "Ayahnya cuma sayang aku, gak sayang Mey haha— aw!"
Izora mengusap pipinya yang kena tamparan dari Meysi. "Tuh Naka liat, dia tuh galak terus, gampang banget mukul atau ngelakuin kekerasan sama aku atau sama orang lain," adu Izora sambil membawa lengan Azra untuk dia peluk. Ingin bermanja-manja.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...