13

17.5K 1.4K 33
                                        

"jangan memunggungi ku begitu, dik."

"Pergilah."

Vinscho menghembus nafasnya. Dalam redupnya cahaya kamar yang hanya berhias lampu tidur juga sinar rembulan diluar, tampak punggung adiknya, Zeylan, yang memunggunginya. Ceritanya sedang marah.

Badannya yang terduduk ditepi kasur terdiam. Jemarinya memegang pundak adiknya tetapi langsung ditepis oleh sang empu.

"Kenapa kamu marah sama kakak? Bukannya kamu memang menyukai sayur." Ucapnya.

Kalyan memejamkan matanya. "Ck, sudah kubilang aku tidak suka. Pergilah, aku mau tidur."

Merasa ada pergerakan pada samping nya, Kalyan membalikkan badannya dan malah bertambah kesal dikarenakan pria itu yang sangat sangat disayangkan adalah kakaknya, malah ikut berbaring disampingnya.

Ia terduduk. Wajahnya kentara kesal, "Kak pergilah!"

Vinscho membuka kedua matanya yang sempat terpejam. Ditariknya lengan Zeylan hingga membuatnya jatuh kembali terbaring menyamping kepadanya. Ia ikut menyampingkan badannya, membuat mereka berdua kini saling berhadapan. Dengan yang satu berwajah kesal, dan yang satu berwajah santai dengan senyumannya.

"Cepat tidur. Katanya kamu mau tidur kan."

"Iya aku tidur, asalkan kak Vin pergi. Kenapa malah ikutan tiduran disini. Kakak kan punya kamar sendiri. Kita itu udah dewasa, gak boleh tidur bareng lagi kak."

Ditatapnya terus Zeylan yang terus mengoceh. Lihatlah, adiknya itu setelah sekian lama tidak bertemu kenapa jadi cerewet dan mudah sekali cemberutnya? Apa ada yang dirinya lewati selama ini? Hahaha tidak papa, ia menyukainya. Walau umur mereka tidak seremaja dulu, tetapi wajah adiknya itu entah kenapa masihlah manis seperti dulu. Sangat mengikuti gen maminya.

"Cerewet." Vinscho mengetuk tiga kali kening Zeylan. Membuat anak itu jadi terdiam karena ditatap begitu dalamnya. "Cepatlah tidur, dik. Katanya kamu ingin cepat-cepat kembali kerumah kan. Maka dari itu tutup mata kamu, saat kamu membuka mata maka matahari sudah menunggumu."

Entah sihir atau mantra apa. Yang pasti mata Kalyan terasa berat. Mulutnya menguap kecil tetapi dengan cepat ditutup oleh kakaknya. Memang sudah sedari tadi ia mengantuk. Tetapi ditahan karena orang tuanya yang mengajak mengobrol sehabis makan malam tadi. Rasa kesal terhadap kakaknya itu tenggelam dikarenakan rasa kantuk yang menyerang begitu kuat. Matanya sayup-sayup tertutup. Sebelum benar-benar terpejam, dilihatnya kembali wajah kakaknya, Vinscho, yang tersenyum tipis dengan gerakan tangan yang mengusap kepalanya.

Wajah yang terakhir kali dilihat oleh Kalyan itu menghilang. Digantikan dengan ekspresi tak terbaca. Masihlah dengan tangannya yang mengusap lembut rambut milik adiknya. Gerakannya terhenti. Ia menatap kembali wajah sang adik persekian detik. Tubuhnya terbangun. Ditariknya selimut sampai sebatas leher anak itu. Ia memakai sendal rumahnya perlahan, berdiri, lalu beranjak pergi sesudah mengelus pipi Zeylan dengan jemarinya.

•—•

Burung-burung berkicauan. Kalyan terbangun dengan terduduk. Diusapnya kedua matanya. Ia melirik kesamping dan tak menemukan keberadaan saudaranya itu. Ah mungkin sudah bangun dari tadi, pikirnya.

Setelah beberapa menit melamun sembari mengumpulkan nyawa, Kalyan beranjak menuju kamar mandi. Membersihkan dirinya. Bersiap untuk kembali pulang, menemui ketiga anaknya tersayang. Eh– masih proses deh.

"Selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak, dik?"

"Hemm pagi. Sangat nyenyak sekali," jawab Kalyan sembari duduk disamping kursi Vinscho yang sedang meminum kopi dengan tablet kesayangannya yang selalu dipegang untuk dirinya bekerja.

Seorang pelayan mengoleskan selai pada sebuah roti. Sesuai permintaan Kalyan. Ia memakannya dalam diam. "Dimana mami sama papi?"

"Papi sudah pergi bekerja sedari pagi tadi, dan mami menemaninya. Tadinya mami ingin pergi saat kamu sudah bangun. Tapi tidak bisa, dikarenakan jadwal papi yang padat."

Kalyan mengangguk. Diminumnya segelas susu sampai tersisa sedikit. Ia mengeluarkan handphonenya, lalu mengabari Bima bahwa dia akan pulang sebentar lagi. Sekarang sudah jam 8 kurang. Mungkin bungsunya sudah berangkat sekolah. Sedangkan kedua anaknya yang kuliah kemungkinan masih dirumah. Seinget-ingetnya dihari ini mereka tidak ada jadwal pagi ini. Kalau tidak salah si sulung jam 10 dan anak tengahnya saat siang hari. Ah bagaimana dia tau ini? Tentu saja jelas dari asistennya.

"Kamu mau pulang sekarang atau nanti?" Tanya Vinscho pada adiknya.

"Sekarang."

Vinscho berdiri. Mematikan layar tabletnya. Ia membenarkan dasinya yang terasa sedikit miring. Diambilnya jas yang tadi ia sampirkan pada senderan kursi dan diletakkan nya pada lengan sebelah kiri.

Kalyan pun ikut berdiri. Ia menyusul langkah tegap kakaknya yang sudah berjalan terlebih dahulu beberapa langkah darinya. Mereka memasuki mobil yang mana pintunya sudah dibukakan oleh sopir pribadi milik Kalyan. Menyalakan mobil, dan menginjak gas melaju meninggalkan pekarangan mansion yang sangat megah dan luas ini.

—a y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang