Sinopsis
Jakarta, 2025.
Hidup sebagai remaja SMK di ibu kota terasa begitu menyenangkan bagi Geng Swag Single Ladies atau yang di singkat SSL. Aisyah, Tia, Qila, Indri, dan Lia. Mereka selalu tampil modis, selalu punya rencana seru, dan selalu kompa...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mereka melanjutkan perjalanan, menembus hutan yang semakin gelap seiring dengan matahari yang mulai tenggelam. Suasana di antara mereka masih dipenuhi ketegangan, tetapi bukan karena bahaya di sekitar, melainkan karena sesuatu yang sulit diakui oleh sebagian dari mereka.
Bayu berjalan di tengah rombongan, ia tidak sadar jika kehadirannya telah membuat lima pria dalam kelompok itu menjadi lebih waspada bukan kepada musuh, melainkan kepada dirinya.
Di belakang, Wiliam, Dirga, Bara, Dipa, dan Tio berjalan dengan ekspresi yang sama-sama datar, tetapi sesekali melirik ke arah Bayu dengan tatapan tajam yang tidak mereka sadari dilakukan hampir bersamaan.
Di sisi lain, Tia, Aisyah, Qila, Indri, dan Lia mencoba menahan tawa mereka setiap kali melihat momen-momen kecil yang semakin memperjelas perasaan cemburu dari kelima pria itu.
Ketika Bayu hampir tersandung akar pohon, Tia dengan refleks menahan lengannya. "Lo nggak apa-apa?"
Bayu tersenyum. "Ah, iya, terima kasih."
Sekilas, tatapan Dirga mengarah ke tangan Tia yang masih menyentuh lengan Bayu. Dalam seperkian detik, ia mempercepat langkahnya dan berjalan di sebelah Tia, seolah-olah ingin memastikan dia tetap dalam jarak aman.
Beberapa langkah di depan, Bayu berbicara dengan Qila, membuat gadis itu kembali tertawa kecil. "Lo ini bisa aja, Bay."
Dipa tidak berkata apa-apa, tetapi tangannya mengepal di samping tubuhnya. Tanpa alasan yang jelas, dia memutuskan untuk berjalan sedikit lebih dekat ke arah mereka, membuat Qila melirik dengan sudut matanya dan menahan senyum.
Aisyah berjalan di sisi Bayu, berbicara tentang sesuatu yang terdengar santai. "Lo beneran nggak punya tujuan setelah ini?"
Bayu mengangguk. "Aku masih belum tahu. Tapi yang pasti, aku tidak bisa kembali ke tempatku dulu."
Tio, yang berjalan tak jauh di belakang mereka, menghela napas pelan sebelum akhirnya menyela. "Kita sudah hampir sampai di tempat aman. Jangan terlalu banyak bicara, dan tetap fokus."
Aisyah menoleh dengan alis terangkat. "Lah, lo kenapa tiba-tiba nyela?"
"Berisik," jawab Tio singkat tanpa melihatnya.
Aisyah menatapnya lama, lalu menyenggol Lia di sebelahnya. "Lo lihat kan? Mereka cemburu tapi gengsi."
Lia menahan tawa. "Iya."
Sementara itu, Lia sendiri mulai menyadari kalau Bara semakin sering berada di dekatnya sejak tadi. Setiap kali dia berbicara dengan Bayu, Bara selalu ada di sekitar, meskipun tidak mengatakan apa pun.
Akhirnya, Lia menoleh dan bertanya langsung, "Mas Bara, lo kenapa ngikutin gue mulu?"
Bara tetap datar. "Aku hanya memastikan kita tetap bergerak dengan aman."
Lia menyipitkan mata, lalu tiba-tiba berjalan lebih dekat ke Bayu hanya untuk melihat reaksi Bara. Seperti yang ia duga, ekspresi Bara sedikit berubah.
Indri, yang melihat interaksi itu, hanya terkikik. "Wah, seru nih."