Sekolahan Itu

32 18 1
                                    

-NUSANTARA BAJA

*

*

*

*

*

Jakarta Pusat, Revelon Industries, Malam 23:00 14 Januari 2016

"Kenapa, Ris! Kenapa dirimu tidak menangkapnya? Padahal itu lebih efektif daripada nungguin, Rizad. Loh." Revelon dan komplotan-bakar berada di ruangan kemarin, tempat Rizad di interogasi.

Revelon kini mengikat Haris di kursi, sembari memarahinya. Revelon kesal, karena malam kemarin, Haris bertemu dengan Alam, tapi Haris malah membiarkannya.

"S-saya... belum bisa melakukan itu didepannya, Pak," lirih kesakitan Haris, yang terlihat di sini wajahnya banyak bekas pukulan, yang sepertinya berasal dari Revelon.

"Bajingan! Terus sekarang mau gimana! Dirimu sudah melepaskan Alam, dan kini kita kehilangan dia untuk kesekian kalinya."

"Tapi, Pak. Kita kan punya, Rizad. Dia kan ditugaskan oleh Pak Revelon untuk menangkap Alam, dan mungkin dia bisa," kata Savar menghampiri Revelon mencoba meredakan suasana panas.

Sedangkan Rizad hanya bisa mengangguk mendengarnya, ia belum tahu Alam itu seperti apa, apakah lebih kuat darinya? Atau bagaimana? Dia belum tahu, makanya sedari tadi dia diam saja.

"Kau berharap padanya? Savar? Anak bodoh itu kita jadikan harapan? Ayolah!"

"Tapi, Pak. Saya yakin, saya bisa. Tadi pagi saya sudah meminta bantuan teman saya untuk melacak posisi Alam sekarang, dan kata dia masih ada disekitar Metro." Rizad akhirnya berani bicara, dengan penuh percaya diri, ia menjelaskan jika dirinya berani untuk menangkap Alam.

Semuanya terkejut mendengar itu. Revelon langsung tersenyum dan berkata, "Engga salah diriku memasukimu ke dalam Bakar. Dirimu punya mental yang kuat. Saya salut."

Semua orang disitu pun bertepuk tangan melihat mental dari Rizad yang diatas rata-rata di usianya yang masih terbilang cukup muda.

Namun, hal itu berbeda dengan Haris yang malah menatap Rizad sinis. "Lu jangan meremehkan Alam seperti itu. Dia ga selemah yang lu semua pikirkan," katanya, semua orang pun melirik kearahnya. "Kemarin, sebelum balik, dia jelasin ke gua, bahwa... tujuan dia kesini itu untuk ngeledakin nih gedung."

Revelon yang mendengar itu memegang pundak Haris dan berkata, "Emang kau pikir dia bisa ngeledakin tempat ini? Engga segampang itu."

"Ya, emang, Pak. Setelah dia ngomong itu, saya pun kasih tau ke dia kalo itu tuh mustahil dan malah bikin nyawa dia semakin terancam," kata Haris berusaha menjelaskan, sembari melihat Revelon yang menggelengkan kepalanya setiap dirinya berkata.

Revelon tersenyum tipis lagi dan lagi, lalu....

Bug!

Suara pukulan itu datang lagi dari Revelon, menimpa pipi Haris, hingga kursi yang Haris duduki terjatuh ke bawah.

"Bagus, bagus kau, Haris. Kau menghalaunya... padahal jika dirimu tak menghalaunya. Sudah pasti dia akan ketangkap disaat ingin meledakkan gedung ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nusantara BajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang